Rabu 18 May 2022 22:59 WIB

Pakistan Bergelut dengan Wabah Kolera Mematikan Akibat Cuaca Panas Ekstrem

Cuaca ekstrem melanda wilayah dua negara bertetangga Pakistan dan India

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Penderita penyakit kolera (ilustrasi). Cuaca ekstrem melanda wilayah dua negara bertetangga Pakistan dan India
Foto: EPA/Orlando Barria
Penderita penyakit kolera (ilustrasi). Cuaca ekstrem melanda wilayah dua negara bertetangga Pakistan dan India

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD — Wabah kolera yang mematikan terkait dengan air minum yang terkontaminasi telah menginfeksi ribuan orang di Pakistan tengah, saat negara itu bergulat dengan krisis air yang diperparah gelombang panas yang brutal di Asia Selatan.  

Suhu di beberapa bagian Pakistan dan India telah mencapai tingkat rekor dalam beberapa pekan terakhir, menempatkan jutaan nyawa dalam bahaya karena dampak krisis iklim yang dirasakan di seluruh anak benua.  

Baca Juga

“Kasus kolera pertama kali diidentifikasi di Pir Koh, sebuah kota pegunungan terpencil di provinsi Balochistan, pada 17 April. Sejak itu, lebih dari 2.000 orang telah terinfeksi dan enam orang meninggal,” kata Pejabat Departemen Kesehatan Balochistan, Dr Ahmed Baloch, dilansir dari Saudi Gazette pada Rabu (18/5/2022). 

Penduduk di Pir Koh mengatakan mereka tidak memiliki akses ke air minum bersih. Kurangnya hujan tahun ini telah menyebabkan kolam-kolam di dekatnya mengering, dengan satu-satunya sumber air mereka adalah pipa yang telah berkarat dan mencemari pasokan air. "Warga terpaksa minum air kotor," kata warga setempat Hassan Bugti.  

Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, telah memerintahkan tindakan bantuan darurat untuk mengekang wabah kolera di Pir Koh, dan militer telah dipanggil untuk membantu menyediakan tangki air bergerak untuk memastikan air minum bersih sampai ke penduduk dan mendirikan kamp medis untuk mengobati orang sakit. 

Kolera adalah penyakit diare akut yang membunuh ribuan orang di seluruh dunia setiap tahun. Penularannya mudah, dengan mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri feses Vibrio cholerae. 

Para ilmuwan telah memperingatkan dampak parah dari perubahan iklim pada kesehatan manusia, dengan meningkatnya suhu mendorong penyebaran patogen berbahaya seperti kolera.  

Wabah itu terjadi saat Pakistan menghadapi krisis air yang serius dan gelombang panas awal yang menurut Departemen Meteorologi Pakistan telah terjadi di seluruh negara itu sejak awal bulan. 

Jacobabad, salah satu kota terpanas di dunia, di provinsi Sindh tengah, mencapai 51 derajat Celcius (123,8 derajat Fahrenheit) pada Ahad, dan 50 derajat Celcius (122 derajat Fahrenheit) sehari sebelumnya. Suhu tinggi rata-rata di kota bulan ini adalah sekitar 45 derajat Celcius (113 derajat Fahrenheit).  

Cuaca panas ini sepertinya tidak akan segera reda. Sementara badai debu, angin kencang dan hujan yang tersebar dan badai petir membawa bantuan ke beberapa bagian negara itu selama beberapa hari terakhir, suhu diperkirakan akan meningkat kembali mulai Rabu, menurut Departemen Meteorologi Pakistan. 

Menteri Perubahan Iklim Pakistan Sherry Rehman pada Senin (16/5/2022) mengatakan Pakistan adalah salah satu negara yang paling mengalami tekanan air di dunia dan salah satu dari sepuluh yang paling rentan terhadap tekanan iklim. 

“Bendungan utama negara itu berada pada tingkat mati sekarang, dan sumber air langka bahkan diperebutkan," kata Rehman.

“Ini adalah krisis eksistensial yang mencakup semua dan harus ditanggapi dengan serius,” ujar dia menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement