Kamis 19 May 2022 06:04 WIB

Rektor UMM: Perguruan Tinggi harus Adaptif dan Atraktif

UMM sudah membuat inovasi konkret yang disebut dengan Centre of Excellence

Rep: wilda fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan saat menjadi salah satu narasumber di talkshow Markplus Institute Goes to Campus. Agenda ini dilangsungkan secara daring melalui Zoom dan YouTube, beberapa waktu lalu.
Foto: Humas UMM
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan saat menjadi salah satu narasumber di talkshow Markplus Institute Goes to Campus. Agenda ini dilangsungkan secara daring melalui Zoom dan YouTube, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Perguruan tinggi (PT) di Indonesia harus adaptif untuk menyongsong generasi emas pada 2045 dan atraktif dalam proses pembelajaran. Kampus harus memberikan jaminan kelulusan dan pekerjaan pada mahasiswanya. 

Pernyataan tersebut diungkapkan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan saat menjadi salah satu narasumber di talkshow Markplus Institute Goes to Campus. Agenda ini dilangsungkan secara daring melalui Zoom dan YouTube pada Sabtu (14/5/2022) lalu.

Baca Juga

Dalam menjawab tantangan tersebut, Fauzan menjelaskan, UMM sudah membuat inovasi konkret yang disebut dengan Centre of Excellence (CoE) di setiap program studi (Prodi) milik Kampus Putih. Pihaknya juga telah membentuk kelas unggulan yang memiliki potensi tinggi di berbagai pekerjaan.

Pada kelas tersebut pula, UMM telah bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) agar mahasiswa lebih memahami cara kerja profesional. "Kami membentuk dua kelas yaitu kelas kewirausahaan dan kelas profesional yang nantinya akan direkrut langsung oleh perusahaan,” jelas rektor asal Kediri tersebut dalam siaran pers, Rabu (18/5/2022).

Selain memberikan jaminan pekerjaan pada mahasiswa, CoE juga berguna untuk menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang bisa langsung bekerja secara profesional di perusahaan. Menariknya, program Kampus Putih tersebut tidak hanya ditujukan kepada mahasiswa satu prodi atau UMM tetapi juga untuk mahasiswa prodi lain bahkan kampus lain.

Menurut dia, UMM menampung minat semua mahasiswa di bidang-bidang CoE yang telah dikembangkan. Melalui CoE, dia ingin memproyeksikan UMM tak hanya sebagai penggerak perubahan tetapi juga sebagai pemimpin suatu perubahan. "Utamanya dalam dunia pendidikan di Indonesia,” kata Fauzan.

Ia mengungkapkan, pengerjaan tugas akhir di UMM telah dibuat dalam berbagai skema. Dengan banyaknya pilihan  skema tersebut, mahasiswa dapat mengerjakan tugas akhir sesuai minat dan bakatnya masing-masing. Selain itu, UMM juga memperbolehkan mahasiswa untuk mengerjakan tugas akhirnya sejak dini yaitu pada semester dua maupun empat.

Selain Fauzan, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Profesor Arif Satria dan juga Executive Director iTrain Asia Pte Ltd Dato' Eric Ku juga turut mengemukakan gagasannya pada acara tersebut. Di sisi lain, Founder and Chairman MarkPlus.Ink, Hermawan Kartajaya, mengatakan, perguruan tinggi di Indonesia harus melakukan inovasi terkini. Hal ini terutama dalam rangka menyambut dan mengejar tahun 2030 sebagai jembatan untuk menuju tahun 2045. 

Menurutnya, jika Indonesia gagal di 2030, maka akan sulit untuk membangun SDM unggul di 2045. Pada masa pandemi seperti ini, jika tidak memanfaatkannya dengan baik maka akan mati. Untuk menghadapinya, perguruan tinggi harus memiliki delapan elemen utama yaitu kreativitas, inovasi, kewirausahaan, kepemimpinan, produktifitas, profesionalisme, dan manajemen.   "Hal yang terpenting adalah kita harus adaptif dan atraktif untuk dapat membentuk gen Z sebagai SDM yang unggul,” ucapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement