Kamis 19 May 2022 14:45 WIB

Kisruh Masjid Gyanvapi, Muslim India Diimbau tidak Turun ke Jalan

Muslim India diminta tidak terpancing perselisihan dengan komunitas agama lain.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Gyanvapi di Varanasi, Uttar Pradesh, India. Kisruh Masjid Gyanvapi, Muslim India Diimbau tidak Turun ke Jalan
Foto: Reuters
Masjid Gyanvapi di Varanasi, Uttar Pradesh, India. Kisruh Masjid Gyanvapi, Muslim India Diimbau tidak Turun ke Jalan

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Di tengah kisruh Masjid Gyanvapi, organisasi Muslim India terkemuka Jamiat Ulama-e-Hind pada Rabu (18/5/2022) mengimbau masyarakat tidak turun ke jalan karena masalah ini dan menghindari semua jenis demonstrasi publik.

 

Baca Juga

Masjid Gyanvapi bersebelahan dengan kuil Kashi Vishwanath yang ikonik di Varanasi dan pengadilan setempat mendengarkan permohonan sekelompok lima wanita Hindu yang meminta izin pengadilan untuk berdoa setiap hari di hadapan berhala di dinding luarnya.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Jamiat Ulema-e-Hind Maulana Mahmood Madani mengatakan beberapa elemen nakal dan media yang bias mencoba menciptakan perselisihan antara kedua komunitas dengan mengobarkan emosi keagamaan.

“Dalam situasi seperti itu, Jamiat mengimbau semua orang India, khususnya Muslim India, bahwa mereka tidak boleh turun ke jalan karena masalah Masjid Gyanvapi dan semua jenis demonstrasi publik harus dihindari,” katanya dilansir dari New Indian Express, Kamis (19/5/2022).

 

Komite Manajemen Masjid Anjuman Intezamia adalah pihak dalam masalah ini di berbagai pengadilan negara dan diyakini mereka akan berjuang keras untuk kasus ini sampai akhir. “Organisasi lain di negara itu didesak tidak ikut campur secara langsung dalam kasus ini di pengadilan mana pun. Jika mereka ingin memberikan bantuan atau bantuan dalam kasus ini, mereka dapat melakukannya melalui panitia intezamiya masjid,” kata Jamiat.

 

Ulama, cendekiawan, pembicara dan pendebat TV didesak untuk menahan diri dari berpartisipasi dalam debat dan diskusi tentang masalah ini. Karena menurut Jamiat, debat provokatif dan pidato media sosial sama sekali bukan untuk kepentingan negara.

 

Penanggung jawab publisitas Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), Sunil Ambekar, menyinggung masalah Gyanvapi saat berbicara di acara tahunan di sini yang diselenggarakan oleh organisasi untuk menghormati jurnalis. "Ada beberapa fakta yang terungkap secara terbuka. Saya percaya kita harus membiarkan fakta terungkap secara terbuka. Bagaimanapun, kebenaran selalu menemukan cara untuk terungkap. Berapa lama Anda bisa menyembunyikannya? Saya percaya waktu datang untuk menempatkan fakta sejarah dalam perspektif yang benar di hadapan masyarakat," kata Ambekar.

 

Hal senada diungkapkan Menteri Persatuan Sanjeev Balyan yang juga hadir dalam acara tersebut. Balyan mengatakan dia menjadi emosional ketika dia mengetahui tentang relik Hindu yang ditemukan di kompleks masjid.

 

"Saya berada di Varanasi ketika peristiwa ini terjadi. Saya menjadi emosional. Tetapi saya menjadi lebih kewalahan ketika seorang jurnalis memberi tahu saya bahwa Nandi (sapi suci yang ditunggangi Dewa Siwa) telah menunggu Siwa selama berabad-abad. Mata saya berlinang. Itu makanya jurnalistik itu penting. Bisa membuat emosi orang," kata Balyan.

 

 

 

Pada Senin, pengadilan Varanasi telah memerintahkan penyegelan sebuah kolam di kompleks Masjid Gyanvapi setelah pengacara yang mewakili para pemohon Hindu mengatakan Shivling ditemukan di sana selama survei videografi yang diamanatkan pengadilan.

 

Namun, seorang anggota komite manajemen masjid membantah klaim tersebut, dengan mengatakan benda itu adalah bagian dari mekanisme air mancur di waduk 'wazookhana' di mana umat melakukan wudhu sebelum melakukan sholat.

Masjid ini terletak dekat dengan kuil Kashi Vishwanath yang ikonik di Varanasi dan pengadilan di sana mendengarkan permohonan sekelompok wanita yang meminta izin untuk berdoa setiap hari di hadapan berhala di dinding luarnya. Penyegelan itu kemudian dicabut oleh mahkamah agung.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.

(QS. Al-Baqarah ayat 61)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement