Kamis 19 May 2022 18:47 WIB

Di Mana dan Bagaimana Allah SWT? Ini Jawaban Cerdas Syekh Nawawi Banten

Iman kepada Allah SWT mempunyai sejumlah ketentuan syariatnya

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Lafadz Allah.  Iman kepada Allah SWT mempunyai sejumlah ketentuan syariatnya
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Lafadz Allah. Iman kepada Allah SWT mempunyai sejumlah ketentuan syariatnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Salah satu peran ilmu akidah adalah untuk memperkuat dan meningkatkan keimanan umat. 

Namun, banyak persoalan yang diperlu dijelasan lebih rinci tentang keimanan.  Oleh karena itu, salah satu ulama Nusantara dari Banten, Syekh Nawawi al-Bantani menulis kitab Qathr al-Ghaits fi Syarh Masa’il Abi al-Laits, yang sudah ditejermahkan menjadi buku berjudul “Akidah Islam ala Santri Sejati”.  

Baca Juga

Menurut Syekh Nawawi, iman adalah tauhid, dan makna tauhid menurut ulama teologi adalah mengesakan Sembahan dalam ibadah dan meyakini keesaan-Nya dalam zat, sifat, dan tindakan. 

Ada juga yang berpendapat bahwa iman adalah keyakinan terhadap apa yang wajib, yang boleh ada (jaiz), dan yang mustahil bagi Allah dan rasul-Nya. 

Sementara, menurut ahli tasawuf, iman adalah tidak ada yang terlihat kecuali Allah SWT, dalam arti bahwa setiap perbuatan, gerakan, dan diam yang terjadi di alam semesta adalah dari Allah Yang Maha-Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.      

Terkait hakikat keimanan, jika ditanya tentang iman, menurut Syekh Nawawi, maka orang beriman hendaklah menjawab, “Saya beriman, yaitu saya percaya dan mengikrarkan, pada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan takdir yang baik dan buruknya dari Allah Yang Mahatinggi.” 

Menurut Syekh Nawawi, penjelasan ini seperti yang diriwayatkan Imam Muslim dari Sayyidina Umar dari hadis Jibril. Lalu bagaimana beriman kepada Allah SWT? Pertanyaan ini kemudian dijelaskan Syekh Nawawi di dalam persoalan kedua. 

Dalam menjawab persoalan ini, Syekh Nawawi juga menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan keberadaan Allah SWT. 

Menurut dia, ketika ada yang bertanya di mana Allah SWT? Maka jawabannya adalah Allah SWT tidak berada di suatu tempat dan dilalui waktu. Sedangkan jika ditanya bagaimana Allah SWT? Maka, katakanlah bahwa tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan-Nya. 

Kemudian, jika ditanya kapan Allah SWT? Maka, katakanlah kepadanya bahwa Dia adalah Yang Maha-Awal tanpa permulaan dan Yang Maha-Akhir tanpa kesudahan. 

Jika ditanya berapa Allah SWT?  Katakanlah bahwa Dia adalah Esa bukan dalam arti sedikit. Menurut Syekh Nawawi, katakanlah kepada mereka bahwa Allah SWT adalah Satu.  

 

Siapa Syekh Nawawi?

Syekh Nawawi al-Bantani lahir di Tanara, yang saat ini masuk wilayah Serang, Banten pada 1813 M dan wafat di Makkah pada 1897 M. Dia adalah ulama Indonesia bertaraf internasional yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram di Makkah 

Dalam menuntut ilmu, Syekh Nawawi tidak hanya belajar kepada ulama di Tanah Air, tapi juga beguru kepada sejumlah ulama besar di Makkah. Setelah tiga tahun bermukim di Makkah, Syekh Nawawi pulang ke Banten sekitar 1828 Masehi. Lalu, dia berdakwah keliling Banten. 

Namun, pemerintah Kolonial Belanda kemudian membatasi gerak-geriknya dalam berdakwah. Hingga akhirnya dia kembali Makkah untuk memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya. 

Setelah menetap di Makkah, namanya pun semakin masyhur ketika ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram menggantikan Syekh Ahmad Khatim al-Minangkabawi. 

Syekh Nawawi al-Bantani merupakan ulama nusantara yang produktif menulis kitab. Jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fikih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan akidah. Karena kemasyhurannya, dia pun dijuluki sebagai Sayyid Ulama Hijaz, pemimpin ulama Hijaz. 

Selain itu, dia juga banyak menulis syarah dari kitab yang ditulis oleh para ulama besar sebelumnya, termasuk buku “Akidah Islam ala Santri Sejati” ini.     

Karya Syekh Nawawi yang satu ini berisi penjelasan dari kitab yang dikarang oleh Imam Abu al-Laits al-Samarkandi, seorang ulama ahli tafsir dan hadits yang wafat pada 373 Hijriyah.

Buku kecil 124 halaman ini berisi tentang tanya jawab seputar keimanan. Setidaknya ada 17 macam persoalan yang disajikan. Meskipun buku ini kecil, tapi isinya sangat penting untuk meningkatkan kualitas keimanan umat Islam.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement