Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Islamophobia Akut

Agama | Thursday, 19 May 2022, 22:26 WIB

Berita yang menyedihkan kembali terdengar, salah satu ulama dengan ribuan jamaah, Ustaz Abdul Shomad (UAS), ditolak masuk ke Singapura oleh otoritas setempat. Kementerian Dalam Negeri Singapura menyebutkan sejumlah alasan menolak kedatangan UAS di negara tersebut.
Salah satu poinnya yaitu UAS dianggap menyebarkan ajaran ekstremisme dan segregasi (perpecahan). Singapura juga menyampaikan kritik terhadap pernyataan UAS yang pernah melontarkan komentar merendahkan agama lain seperti Kristen. UAS disebut pernah menyebut salib sebagai tempat tinggal roh kafir.
"Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura," mengutip situs resmi Kemendagri Singapura (CNN Indonesia, 18/5/2022).
Ketua MUI bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim menganggap pemerintah Singapura berlebihan. Beliau tahu betul kedekatan Singapura dengan Israel dan Yahudi, beranikah Singapura menganggap Israel sebagai teroris. Sebab menurutnya, Israel kerap melanggar hak asasi manusia dan menyingkirkan hak hidup orang Palestina. Pelanggaran itu masih terus dibiarkan sampai saat ini.
Ironinya, banyak pihak di Indonesia, yang notabene adalah saudara seakidah menganggap persoalan ini sepele dan meminta negara tidak ikut campur. Beginikah aklak sebuah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam? Padahal jelas-jelas, Dalam Alquran Allah menyebutkan bahwa kaum Muslim itu bersaudara. Tak ada sekat apapun, justru jika ada perbedaan itu adalah warna, Bukan alasan untuk memperuncingnya menjadi konflik.
Lebih jauh lagi, apa kabar PBB yang menetapkan tanggal 15 Maret lalu, sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamophobia? Mengapa tak ada suara sedikitpun, sebesar deritan pintu berkarat sekalipun dalam menyikapi peristiwa ini? Apakah karena penetapan ini hanyalah bagian dari pemberian permen lollipop agar seorang anak berhenti menangis .
Yah, inilah bukti pragmatisnya organisasi umat dan bangsa terbesar di dunia ini, berkedok nama Persatuan Bangsa-Bangsa yang sejatinya hanyalah bentuk pembodohan, sebab organisasi ini hanyalah alat bagi kaum kafir guna menguasai dan mendikte kaum Muslim. Tak cukup atas kekayaan alamnya, namun juga terkait keyakinannya.
Pelarangan masuknya UAS ke Singapura, jelas adalah bagian dari Islamophobia yang akut, pemerintah Singapura secara sepihak mengklaim apa yang disampaikan dalam ceramah UAS adalah bagian dari radikalisme. Terutama terkait lontaran ucapan kafir bagi orang selain beragama Islam . Jika tidak tahu Islam secara mendalam, mengapa mengeluarkan ucapan kebencian? Kemana pembelaan negara kita terhadap peristiwa ini?
Pemerintah Indonesia, sekalipun mayoritas Muslim juga bergeming. Seharusnya, keselamatan warganya adalah prioritas negara , bahkan jika perlu, diperangi sebab pemerintah Singapura telah menjadi penghalang tersampaikannya dakwah kepada Islam. Inilah PR besar bagi warga yang faham Islam secara mendalam untuk lebih menguatkan upaya perjuanganz mengabaikan.
Ketika ulama lurus tak lagi mendapatkan tempat, panggung bahkan sambutan, maka bersiaplah menderita azab Allah yang secara jelas memerintahkan menghormati ulama yang memiliki keluasan ilmu. Hilangnya ulama membuktikan, betapa mundurnya daya fikir kaum Muslim. Mereka tak lagi bisa menggambarkan indahnya hidup dalam naungan syariat.
Islamophobia lahir dari pandangan sekuler, yang menginginkan kehidupan tidak ada campur tangan agama. Sehingga tak heran jika berbagai literasi yang berbau pendidikan Islam, tsaqofah, sejarah, fikih hadis dan lainnya di bongkar atau dikodifikasi dengan alasan tak sesuai dengan zaman. Simbol-simbol ajaran Islam dilarang digunakan di ranah sosial. Ceramah baik isi maupun penyampainya perlu disertifikasi, agar tak menyampaikan poin-poin yang dibenci oleh pengusung sekulerisme Hingga ulama yang mereka adalah garda terdepan mencerdaskan umat dipersekusi.
Hingga penyebutan kafir kepada orang selain beragama Islam pun menjadi persoalan. Dan Islamophobia tak akan hilang dengan hanya bersatunya kaum Muslim. Persatuan kaum Muslim harus juga mengusung ruh ukhuwah dan pentingnya syariat diterapkan di dalam seluruh aspek kehidupan , hingga tercipta dalam masyarakat tadi perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama, bahwa syariat Islam mutlak ditegakkan.
Kemuliaan kaum Muslimin hanya akan diraih jika syariat diterapkan. Ini hanya akan lahir dari kepemimpinan seorang pemimpin yang hanya takut kepada Allah SWT, bukan PBB maupun pemilik modal yang selama ini turut mendanai program-program menjauhkan kaum Muslim dari agamanya sendiri.
Demokrasi? Jangan harap sistem ini bisa menghentikan. Bermuka duanya demokrasi yang terlihat dari ulah pendukungnya, sudah bisa menjelaskan bobroknya sistem ini. Jika salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan berpendapat, mengapa Islam ketika diajarkan, dianut oleh pemeluknya dilarang? Sedangkan tahayul, lagibete, zina dan lain sebagainya diberi panggung bahkan dilegalisasi menjadi undang-undang oleh berbagai negara?
Pernyataan yang harus dijawab oleh pendukung sistem di luar Islam. Sebab bagi seorang Muslim, jika ia benar beriman pada Allah dan hari akhir maka haram bagi dirinya mendukung aturan selain aturan Allah SWT. Wallahu a'lam bish showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image