Jumat 20 May 2022 13:22 WIB

Kitab At Tibyan Rekomendasi Para Pengkaji Alquran

Ada adab yang harus diperhatikan saat berinteraksi dengan Alquran

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Kitab
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam mengkaji ilmu-ilmu Alquran (Ulumul Quran) seseorang perlu merujuk pada kitab-kitab yang otoritatif yang ditulis oleh para ulama yang mu'tabar. Dan salah satu kitab yang paling direkomendasikan sebagai rujukan bagi orang-orang yang hendak memahami Ulumul Quran adalah kitan At Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran karya Syekh Muhyidin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi atau lebih dikenal dengan Imam Nawawi.

Pakar tafsir Alquran yang juga Kepala Lajnah Pentashih Mushaf Al Quran Balitbang Diklat Kementerian Agama RI, KH Muchlis M Hanafi mengatakan kitab ini adalah penjelasan tentang adab yang harus diperhatikan oleh siapapun yang akan menjadi ahlul quran. Begitupun ketika seseorang membawa Alquran (hamalatul quran) termasuk membacanya, menghafalnya dan mengamalkannya terdapat adab dan etika  yang harus diperhatikan. 

Baca Juga

Kiai Muchlis menjelaskan kitab ini ditulis oleh Imam Nawawi, seorang wali yang arif ( Auliyaillah al 'Arifin) serta ulama yang sangat zuhud. Sifat wara' Imam Nawawi diakui dan disepakati oleh para ulama. Bahkan diriwayatkan bahwa Imam Nawawi tidak mau memakan buah-buahan yang tumbuh di kota Damaskus.

Imam Nawawi berasal dari kota Nawa atau sekitar 150 kilometer dari Ibukota Damaskus. Ia tidak mau memakan buah-buahan dari kota Damaskus karena dirinya merasa tidak bisa menjamin, bahwa terdapat syubhat perihal kebun-kebun yang berada di kota Damaskus kala itu. Imam Nawawi sangat memperhatikan terhadap apa yang dimakannya. 

Imam Nawawi pun kuat dalam riyadhah dengan berpuasa. Dalam sehari, Imam Nawawi hanya makan ba'da Isya dan pada waktu sahur hanya minum segelas air. Imam Nawawi pun tidak pernah mau menerima imbalan meski banyak mengajar banyak santri. Ia pun tidak pernah mau menerima hadiah dari orang lain.

Imam Nawawi hanya mau memakan bekal yang selalu dikirimkan orang tuanya dari kampung, walaupun Imam Nawawi sudah menjadi ulama besar di kota Damaskus. Pakaian Imam Nawawi sangat sederhana dan ia tidak banyak bicara. Bila ada tamu dia menyambutnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tamunya, selebihnya dia tidak banyak bicara. 

"Kepribadian semacam inilah yang membuat karya-karya beliau itulah menjadi abadi. Bayangkan Imam Nawawi hidup tahun 631 sampai 676 Hijriah. Umurnya itu hanya 45 tahun. Tapi karyanya sedemikian banyak dan sampai sekarang banyak dibaca orang," kata kiai Muchlis Hanafi dalam kajian Ulumul Quran di Masjid Sunda Kelapa yang juga disiarkan daring pada Kamis (19/5/2022).

Sementara tentang Kitab At Tibyan menjelaskan tentang adab yang harus diperhatikan oleh seseorang yang hendak berinteraksi dengan Alquan. Pada bagian awal kitab ini menjelaskan tentang keutamaan Ahlul Quran. Menurut kiai Muchlis, Imam Nawawi sangat detail dalam menyusun karyanya.

Imam Nawawi bahkan memberikan catatan terhadap sejumlah kata yang dirasa tidak populer bagi pembacanya. Imam Nawawi menjelaskan setiap ungkapan yang digunakannya. Imam Nawawi sangat cermat dalam menggunakan kata. Kitab At Tibyan ditulis supaya mudah dihafal orang.  Dalam kitab ini Imam Nawawi juga mencantumkan banyak hadits. Imam Nawawi sangat cermat dan mengutamakan hadits-hadits yang sahih.

Kitab At Tibyan terdiri dari sepuluh bab.  Pada bab pertama, kedua dan ketiga adalah pengantar. Imam Nawawi menjelaskan hadits-hadits tentang keutamaan membaca dan menghafal Alquran. Selain itu terkait dengan perlakuan yang berbeda terhadap orang-orang yang memiliki hafalan Quran. Dibahas juga tentang pentingnya memuliakan ahlul quran.

Pada bab selanjutnya, Imam Nawawi menjelaskan adab dan etika orang yang belajar Alquran, orang yang mengajarkan Alquran, etika membaca Alquran dan lainnya. Selain itu ayat dan surat yang dibaca pada waktu tertentu. Tentang memuliakan mushaf. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement