Jumat 20 May 2022 13:47 WIB

Biden dan Mohammad bin Salman Kemungkinan Bertemu Bulan Depan

Biden disebut sedang berbicara tentang produksi minyak dengan Arab Saudi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Joe Biden berbicara di Taman Mawar Gedung Putih di Washington, Selasa, 17 Mei 2022. Stasiun televisi CNN melaporkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kemungkinan akan bertemu untuk pertama kalinya dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman bulan depan.
Foto: AP/Susan Walsh
Presiden Joe Biden berbicara di Taman Mawar Gedung Putih di Washington, Selasa, 17 Mei 2022. Stasiun televisi CNN melaporkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kemungkinan akan bertemu untuk pertama kalinya dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman bulan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Stasiun televisi CNN melaporkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kemungkinan akan bertemu untuk pertama kalinya dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman bulan depan. Laporan ini dikutip dari sejumlah sumber.

Pemerintah Biden sedang berbicara dengan Arab Saudi tentang kemungkinan pertemuan langsung antara kedua pemimpin pemerintahan itu. Saat Biden menggelar kunjungan luar negeri bulan depan.

Baca Juga

Pada Kamis (19/5/2022) Gedung Putih mengatakan tidak dapat mengkonfirmasi apakah ada rencana pertemuan antara Biden dengan Putra Mahkota Arab Saudi. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan ia sedang berbicara tentang produksi minyak dengan Arab Saudi.

Hubungan AS dan Arab Saudi renggang setelah bulan lalu Biden memutuskan menarik dukungan Washington pada koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi di Yaman dan mempublikasikan hasil intelijen bahwa Mohammad bin Salman penguasa de facto Arab Saudi menyetujui operasi pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Pemilik hak tinggal AS itu dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Turki 2018 lalu.  

Pemerintah Arab Saudi membantah keterlibatan putra mahkota yang dikenal MBS dengan pembunuhan Khashoggi yang merupakan kolumnis the Washington Post. Ia dibunuh dan dihilangkan tim lapangan Arab Saudi.

Hubungan AS dan eksportir minyak terbesar di dunia itu juga merenggang karena upaya Biden mengaktifkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015. Sekutu-sekutu AS di Arab Teluk mendesak syarat untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir terlalu sedikit.

Sejauh ini Washington juga belum berhasil menyakinkan Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak dari yang disetujui dalam kelompok negara produsen minyak OPEC+ untuk mengisi kekosongan yang diakibatkan sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Arab Saudi menolak berpihak dalam konflik tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement