Sabtu 21 May 2022 21:14 WIB

Jokowi: Pemerintah Siapkan Kebijakan Antisipasi Lonjakan Harga Pangan

Dunia tengah dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Friska Yolandha
Nelayan mengangkat jeriken berisi BBM jenis solar ke atas kapal untuk digunakan melaut di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Batu, Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan bahwa saat ini dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Nelayan mengangkat jeriken berisi BBM jenis solar ke atas kapal untuk digunakan melaut di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Batu, Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan bahwa saat ini dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan, saat ini dunia termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan. Menurutnya, kondisi inipun tak mudah untuk diatasi.

“Tidak mudah, terutama dua hal di seluruh negara yang sekarang ini naik semuanya. Yang pertama, energi, energi ini berarti BBM, gas, listrik semuanya naik, semua negara. Yang kedua pangan, naik semuanya,” ujar Jokowi dalam sambutannya saat meresmikan Pembukaan Rapat Kerja Nasional V Projo Tahun 2022 di Kabupaten Magelang, dikutip dari siaran pers Istana, Sabtu (21/5/2022).

Baca Juga

Meski tak mudah, lanjutnya, pemerintah terus berupaya agar tidak terjadi lonjakan kenaikan harga di kedua sektor tersebut. Jokowi mencontohkan kebijakan yang ditempuh pemerintah agar tidak terjadi kenaikan harga minyak goreng.

Ia mengatakan, sejumlah kebijakan telah diputuskan untuk menjaga kestabilan harga minyak goreng di pasaran. Namun, ia mengakui bahwa persoalan minyak goreng bukanlah hal mudah.

Jokowi menjelaskan, sejak Januari 2022 telah terjadi kenaikan harga minyak goreng yang disebabkan adanya kenaikan harga internasional. “Karena harga minyak goreng terutama di Eropa, di Amerika naiknya tinggi, harga di dalam negeri ketarik (naik harganya),” ucap dia.

Karena itu, produsen minyak goreng di dalam negeri lebih memilih mengekspor minyak goreng dibandingkan memasok di dalam negeri sehingga terjadi kenaikan harga minyak di dalam negeri karena kelangkaan stok. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Jokowi menyebut telah memutuskan beberapa kebijakan.

“Akhirnya saya setop, setop minyak goreng enggak boleh ekspor. Tetapi itu juga kebijakan yang tidak mudah,” kata dia. Setelah ekspor minyak goreng disetop, harga tandan sawit jatuh. Masalah ini juga berkaitan dengan 17 juta orang tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja.

“Negara ini mencari keseimbangan seperti itu tidak mudah, jangan dipikir gampang, tidak mudah. Begitu juga selain urusan petani, urusan pekerja di sawit, juga urusan income negara,” kata dia.

Meski demikian, Jokowi optimistis dalam dua pekan ke depan harga minyak goreng di pasaran sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. “Tapi ini kuncinya sudah ketemu, ini dalam seminggu, dua minggu, insya Allah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp 14 ribu (per liter),” ujar dia.

Ia juga mengaku telah mengecek harga minyak goreng secara langsung di Pasar Muntilan, yakni sebesar Rp 14.500. Selanjutnya ia juga akan mengecek harga minyak goreng di berbagai pasar lainnya.

Lebih lanjut, Jokowi juga bersyukur dengan harga beras yang relatif stabil dan stok beras yang mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir, tambah dia, nilai impor beras yang dilakukan oleh pemerintah sangat kecil.

“Biasanya kita impor 1,1 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah tiga tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan. Syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya produktivitas petani itu harus ditingkatkan,” kata Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement