Ahad 22 May 2022 12:15 WIB

Norwegia Cari Dugaan Kasus Infeksi Cacar Monyet

Pelancong asing yang telah kembali ke negaranya diketahui terinfeksi cacar monyet.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Primata monyet bisa menularkan penyakit cacar monyet atau monkeypox ke manusia.
Foto: Public Domain Pictures
Primata monyet bisa menularkan penyakit cacar monyet atau monkeypox ke manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Institut Kesehatan Masyarakat (FHI) Norwegia mengatakan pada Sabtu (21/5/2022) waktu setempat, bahwa pihaknya mulai mencari kemungkinan kasus cacar monyet di ibu kota Oslo. Pelancong asing yang telah kembali ke negaranya diketahui terinfeksi virus tersebut.

"Orang asing yang mengunjungi Oslo dari 6-10 Mei, setelah kembali ke negaranya, dipastikan terinfeksi," kata FHI.

Baca Juga

Tidak disebutkan negara mana yang mengidentifikasi kasus tersebut. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pihaknya akan mengidentifikasi lebih banyak kasus cacar monyet untuk memperluas pengawasan di negara-negara di mana penyakit itu biasanya tidak ditemukan.

Hingga Sabtu, 92 kasus yang dikonfirmasi dan 28 kasus dugaan cacar monyet telah dilaporkan dari 12 negara anggota yang tidak endemik virus.

WHO juga akan memberikan panduan dan rekomendasi lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang tentang cara mengurangi penyebaran cacar monyet. "Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terjadi di antara orang-orang yang melakukan kontak fisik dekat dengan kasus-kasus yang menunjukkan gejala," kata WHO.

Monkeypox adalah penyakit menular yang biasanya ringan, dan endemik di bagian barat dan tengah Afrika. Virus menyebar melalui kontak dekat, sehingga relatif mudah dikendalikan melalui tindakan seperti isolasi diri dan kebersihan.

"Apa yang tampaknya terjadi sekarang adalah bahwa virus telah masuk ke populasi sebagai bentuk seksual, sebagai bentuk genital, dan menyebar yang telah memperkuat penularannya di seluruh dunia," kata pejabat WHO khusus spesialis penyakit menular,  David Heymann.

Heymann mengatakan komite ahli internasional bertemu melalui konferensi video untuk melihat apa yang perlu dipelajari tentang wabah dan dikomunikasikan kepada publik. Pembicaraan  termasuk apakah ada penyebaran tanpa gejala, siapa yang paling berisiko, dan berbagai rute penularan.

Dia mengatakan pertemuan itu diadakan karena urgensi situasi. Namun komite tersebut bukanlah kelompok yang akan menyarankan untuk menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional atau bentuk kewaspadaan tertinggi WHO, yang berlaku untuk pandemi COVID-19.

Dia mengatakan, kontak dekat adalah jalur penularan utama karena lesi khas penyakit ini sangat menular. Semisal, orang tua yang merawat anak-anak yang sakit berisiko, seperti juga petugas kesehatan, itulah sebabnya beberapa negara mulai menginokulasi tim yang merawat pasien cacar monyet menggunakan vaksin cacar virus terkait.

Banyak dari kasus saat ini telah diidentifikasi di klinik kesehatan seksual. Urutan genomik awal dari beberapa kasus di Eropa telah menunjukkan kesamaan dengan strain yang menyebar secara terbatas di Inggris, Israel dan Singapura pada tahun 2018.

Heymann mengatakan secara biologis masuk akal virus itu telah beredar di luar negara-negara endemik, tetapi tidak menyebabkan wabah besar sebagai akibat dari penguncian COVID-19, jarak sosial, dan pembatasan perjalanan. Ia menegaskan, wabah cacar monyet tidak menyerupai masa-masa awal pandemi COVID-19 karena tidak mudah menular.

Mereka yang menduga mereka mungkin telah terpapar atau yang menunjukkan gejala termasuk ruam bergelombang dan demam, harus menghindari kontak dekat dengan orang lain. "Ada vaksin yang tersedia, tetapi pesan yang paling penting adalah, Anda dapat melindungi diri sendiri," katanya.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement