Senin 23 May 2022 06:32 WIB

Alumnus UMM Bagikan Kiat Sukses Meniti Karir di Kuwait

UMM memiliki peran yang signifikan dalam perjalanan karirnya

Rep: wilda fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Alumnus Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Shanti Kuswandari membagikan kiat sukses meniti karir di Kuwait. Shanti sendiri saat ini berstatus sebagai staf kesehatan RS Mubarak Al kabeer bagian intensive care unit (ICU).
Foto: istimewa
Alumnus Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Shanti Kuswandari membagikan kiat sukses meniti karir di Kuwait. Shanti sendiri saat ini berstatus sebagai staf kesehatan RS Mubarak Al kabeer bagian intensive care unit (ICU).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Alumnus Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Shanti Kuswandari membagikan kiat sukses meniti karir di Kuwait. Shanti sendiri saat ini berstatus sebagai staf kesehatan RS Mubarak Al kabeer bagian intensive care unit (ICU).

Shanti menilai, UMM memiliki peran yang signifikan dalam perjalanan karirnya. Salah satunya yakni motivasi yang senantiasa disuntikkan kepada para mahasiswa.

Baca Juga

Ia ingat, saat itu ada seorang dosen yang sempat bekerja di luar negeri. Yang bersangkutan bercerita bahwa pendapatan yang diterima sangat besar jika mampu bekerja di negara-negara maju. "Hal itu membuka hati dan membuat saya memantapkan hati bahwa kelak saya harus bisa berkarir di dunia mancanagera. Saya harus mimpi besar,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Ahad (22/5/2022).

Dukungan dan bimbingan juga ia dapatkan dari pihak kampus. Begitupun dengan bekal ilmu agama yang mumpuni sehingga tidak hanya memiliki kemampuan preofesi saja, tapi juga kebaikan diri yang bagus.

Adapun sebelum berkarya di Kuwait, Shanti sempat bekerja di RSI Aisyiyah Malang sembari mencari informasi kerja di luar negeri. Pada 2001, perempuan asli Malang ini mencoba ikut beberapa program untuk bisa berkarya di luar negeri. Ia harus turut mempelajari kemampuan bahasa Inggris serta kemampuan keperawatan hingga akhirnya sukses berngkat ke Kuwait pada 2004.

Kehidupan di Kuwait sedikit banyak mengubah hidup Shanti, baik dari aspek finansial, pendidikan serta sisi religiusitasnya. Menurutnya, banyak pengalaman hidup baru yang belum pernah ia rasakan di Tanah Air. 

Meski begitu, ia juga harus menghadapi banyak tantangan. Hal ini dimulai dari perbedaan budaya, makanan, adaptasi kultur bekerja dan lainnya. Beruntung, Shanti dikelilingi oleh teman dan staf rumah sakit yang mau membantu di kala ia kesusahan.

Ia berpesan agar para mahasiswa dapat sedini mungkin mempersiapkan diri jika ingin berkarya di luar negeri. Pertama yakni mempelajari kemampuan bahasa Asing, utamanya bahasa Inggris. Kalaupun memilih Kuwait sebagai negara tujuan, bahasa Inggris masih menjadi pilihan pertama karena kebanyakan masyarakat dalam berkomunikasi tidak menggunakan bahasa Arab.

Kemudian terus belajar dan tidak boleh cepat puas. Menurut dia, teman-teman mahasiswa sekarang bisa lebih mudah dengan adanya training center milik UMM. Tidak hanya Kuwait saja, tapi juga ada pilihan negara lain yang bisa dicoba seperti Jepang. "Memang butuh waktu untuk mengikuti pelatihan, tapi percayalah hal itu tidak akan sia-sia,” jelasnya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement