Senin 23 May 2022 14:49 WIB

Holding BUMN Farmasi Bukukan Pendapatan Konsolidasi 2021 Rp 43,4 Triliun

Pendapatan pada 2021 ini tumbuh 20,23 persen dibandingkan pendapatan 2020.

Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama (Dirut) PT Biofarma Honesti Basyir.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Direktur Utama (Dirut) PT Biofarma Honesti Basyir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN Farmasi yang terdiri dari Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma berhasil membukukan pendapatan konsolidasi tahun 2021 sebesar Rp 43,4 triliun terdorong oleh pengadaan vaksin Covid-19."Pencapaian pendapatan kami pada tahun 2021 sebesar Rp43,4 triliun atau 253,7 persen dari Rencana Kinerja Anggaran Perusahaan atau RKAP Tahun 2021," ujar Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) sebagai induk Holding BUMN Farmasi Honesti Basyir dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (23/5/2022).

Honesti juga menambahkan, jika pendapatan itu dibandingkan dengan tahun 2020, maka pendapatan pada 2021 tersebut tumbuh sebesar 20,23 persen."Kenaikan ini terutama karena kontribusi dari pengadaan vaksin Covid-19 untuk pemerintah sebesar Rp26,81 triliun. Di samping itu, kami juga mendapatkan kenaikan pendapatan dari bagaimana kita bersinergi dengan semua anak usaha mulai dari alat kesehatan sampai dengan obat-obatan penanganan Covid-19, dan tentunya vaksin Covid-19 itu sendiri. Jika dibandingkan dengan RKAP tahun 2021 maka terdapat kenaikan yang cukup signifikan realisasinya," katanya.

Baca Juga

Dari postur EBITDA, Holding BUMN Farmasi juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan dengan tahun 2020 yang mana EBITDA Holding Farmasi tumbuh sebesar 206,3 persen. EBITDA Holding Farmasi tahun 2021 tercatat sebesar Rp 4,02 triliun.

"Kemudian juga untuk postur laba rugi tahun 2021, kami secara konsolidasi mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,93 triliun atau mencapai 186,9 persen terhadap RKAP 2021," kata Dirut Bio Farma tersebut.

Jika dibandingkan dengan tahun 2020, maka laba bersih konsolidasi Holding BUMN Farmasi tahun 2021 tumbuh 567,8 persen.Kenaikan laba bersih ini juga tentunya akibat dampak dari proses penanganan pandemi Covid-19 baik yang sifatnya penugasan maupun yang langsung dilakukan di sektor reguler.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement