Selasa 24 May 2022 19:18 WIB

Kemenkes: Vaksin Cacar Masih Efektif Tangkal Cacar Monyet

Sekitar 85 persen vaksin cacar masih bermanfaat untuk menangkal cacar monyet.

Red: Ratna Puspita
Ilustrasi. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, vaksin cacar (smallpox) masih efektif untuk menangkal risiko penularan cacar monyet atau monkeypox pada manusia.
Foto: AP Photo/LM Otero
Ilustrasi. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, vaksin cacar (smallpox) masih efektif untuk menangkal risiko penularan cacar monyet atau monkeypox pada manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, vaksin cacar (smallpox) masih efektif untuk menangkal risiko penularan cacar monyet atau monkeypox pada manusia. "Sekitar 85 persen vaksin cacar masih bermanfaat untuk menangkal cacar monyet," kata Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Selasa (24/5/2022).

Dilansir dari Kementerian Kesehatan RI, vaksin cacar merupakan vaksin pertama yang berhasil memberikan perlindungan di dalam tubuh terhadap serangan infeksi virus patogen. Vaksin ini ditemukan oleh seorang dokter asal Inggris, Edward Jenner, pada tahun 1776.

Baca Juga

Indonesia kini menjadi salah satu negara yang dikategorikan bebas dari cacar terhitung sejak 1980. Predikat itu tidak lepas dari program imunisasi yang dilaksanakan secara masif sejak 1956. 

Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso mengatakan, penggunaan vaksin khusus untuk cacar monyet merupakan kewenangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). "Biasanya akan ada rekomendasi dari WHO dan akan direkomendasikan pada negara yang memang butuh vaksin itu," katanya.

Dilansir dari keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) nama cacar monyet disebabkan oleh virusnya yang kali pertama ditemukan pada hewan monyet pada tahun 1958. Namun pada 1970, ditemukan kasusnya pada manusia kali pertama di Republik Demokratik Kongo.

Periode invasi cacar monyet ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri punggung yang dipicu pembesaran kelenjar getah bening. Gejala yang timbul selang 1-3 hari setelah periode invasi akan ditandai dengan ruam pada kulit wajah (95 persen), telapak tangan dan kaki (75 persen), mulut (70 persen), kelamin (30 persen), dan konjungtiva (20 persen). Bentuk ruam seperti kemerahan pada kulit, lenting bernanah, lenting berair, dan papul.

Hingga saat ini, ditemukan total 92 kasus terkonfirmasi dan 28 suspek di 12 negara nonendemik cacar monyet di antaranya Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. WHO telah mengeluarkan panduan untuk mengantisipasi penularan cacar monyet di antaranya dengan cara menghindari kontak kulit dengan orang yang bergejala dari ke kulit dan wajah ke wajah. 

Masyarakat juga diimbau selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan rajin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer mengandung alkohol serta memakai masker dan menjaga etika saat batuk serta berhubungan seksual secara aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement