Kamis 26 May 2022 17:55 WIB

Hepatitis Akut Bisa Sebabkan Anak Butuh Transplantasi Hati

Pada umumnya kasus hepatitis akut di anak bersifat ringan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Spanduk himbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta warga untuk tetap menggunakan masker meskipun di area terbuka. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjangkit hepatitis akut yang menyerang anak-anak seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Spanduk himbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta warga untuk tetap menggunakan masker meskipun di area terbuka. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjangkit hepatitis akut yang menyerang anak-anak seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hepatitis akut misterius menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para ahli. Sebab, penyakit ini bisa menyebabkan penderitanya yaitu anak-anak mengalami fulminan yaitu kerusakan jaringan hati hingga harus menjalani transplantasi.

Dokter Spesialis Anak Bagus Setyoboedi menjelaskan, umumnya kasus hepatitis akut pada anak-anak bersifat ringan, bahkan sebagian besar tanpa gejala. Tetapi dalam perkembangannya ternyata ada yang mengalami gejala berat.

Baca Juga

"Kalau berat atau fulminan maka berujung jelek bisa dilakukan transplantasi hati dan kalau tidak dilakukan, angka kematiannya besar sekali. Ini yang membuat para ahli khawatir, kalau tidak diketahui penyebabnya, bagaimana bisa mencegahnya, bagaimana tahu cara penularannya," ujarnya, Kamis (26/5/2022).

Sebenarnya ia mengungkap hepatitis bukan hal baru. Penyakit ini sudah lama ada dan penyebabnya macam-macam, bisa infeksi virus, bakteri, imunologi, atau autoimun. Kemudian, ada beberapa jenis hepatitis yang dikenal yaitu A, B, C, D, E, G yang disebabkan hipertrofi virus. Ada juga virus lain yang berpengaruh pada liver, misalnya varicella zoster virus.

"Sedangkan hepatitis akut sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Karena belum diketahui penyebabnya, maka tentu tidak diketahui vaksinnya," ujarnya.

Padahal, ia mengungkap di dunia kini ada sekitar 600 kasus hepatitis akut yang tersebar 31 negara, termasuk Indonesia 20-an kasus meski masih probable. Sementara itu penyebaran kasusnya bukan klaster melainkan terpecah-pecah di tempat yang berjauhan. Namun, 10 persen dari total kasus hepatitis akut jadi berat dan harus ditransplantasi.

"Ini yang jadi masalah, apa penyebabnya. Ini menjadi perhatian dunia internasional," ujarnya.

Ia menambahkan, untuk mengetahui penyakit ini sebenarnya harus didiagnosa dengan semua kemungkinan kasus dikumpulkan baru kemudian bisa diketahui penyebabnya. Namun, dia melanjutkan, upaya ini tidak mudah dan murah. Ia menambahkan, jika di luar negeri mungkin bisa dilakukan karena memiliki sumber daya yang cukup mumpuni.

"Itupun mereka belum bisa mendeklarasikan penyebab hepatitis akut, makanya disebut misterius. Kasus hepatitis misterius ini tidak ketahuan agent-nya, jadi susah melacaknya," katanya.

Untuk mencegah penyakit ini, ia menyebutkan secara umum meminta lakukan beberapa langkah yaitu perilaku bersih hidup dan sehat (PHBS) seperti hindari kontak saluran cerna, pastikan makanan bersih sebelum disajikan, air minum dijaga kebersihannya dan dimasak terlebih dahulu. Tak hanya itu, Bagus meminta tetap lakukan protokol kesehatan dan hindari kontak erat karena belum diketahui penyebab penularan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement