Jumat 27 May 2022 09:52 WIB

Guru Besar ITB: Galon Isi Ulang Kurangi Sampah Plastik

Volume sampah plastik pada 2021 naik dua kali lipat dibandingkan 10 tahun terakhir.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Seorang pekerja mengangkat galon air di kawasan depo di Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (21/7/2021).
Foto: ANTARA/Wahyu Putro A
Seorang pekerja mengangkat galon air di kawasan depo di Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (21/7/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi sampah sepanjang 2021 di Indonesia mencapai 68,5 juta ton. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, dari jumlah itu, sampah plastik menyumbang sekitar 11,6 juta ton (17 persen). Secara persentase, volume sampah plastik pada 2021 naik dua kali lipat dibandingkan dengan data 10 tahun terakhir.

Hal itulah yang perlu diantisipasi oleh pemerintah dan segera direspons oleh pelaku usaha. Selain merupakan masalah lingkungan, sampah plastik juga mengandung mikroplastik yang bahayanya apabila tidak sengaja dikonsumsi manusia maupun hewan lainnya berdampak pada kesehatan.

Pakar teknologi lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Enri Damanhuri menganggap, kemasan galon air minum isi ulang selama ini telah menjadi solusi penyediaan air minum yang ramah lingkungan di Indonesia. Pasalnya, kemasan galon isi ulang bisa digunakan secara berulang dan praktis.

Dengan begitu, botol isi ulang tanpa menimbulkan potensi timbulnya persoalan sampah plastik baru yang dapat menganggu lingkungan. Merujuk produksi plastik nasional pada 2021, beberapa tipe bahan plastik yang kerap ditemukan adalah polypropylene (PP), polyethylene terephthalate (PET), dan polycarbonate (PC), yang sebagian besar berasal dari produk air minum dalam kemasan (AMDK).

Dengan kata lain, polusi sampah plastik AMDK masih jadi krisis yang belum teratasi di Tanah Air. Berdasarkan data olahan dari Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) dan lembaga riset AC Nielsen, produk AMDK menyumbang 328.117 ton dari 11,6 juta ton sampah plastik sepanjang 2021.

Menurut Enri, kemasan galon isi ulang justru dapat menjadi solusi karena di Indonesia memang belum banyak tersedia infrastruktur air siap minum atau (tap drinkable water) seperti di sejumlah negara maju. Kalau tiba-tiba penggunaan galon isi ulang tidak bisa digunakan lagi, ia mempertanyakan penggantinya.

"Jangan kita kembali jungkir balik lagi. Sementara kita semua sepakat untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di lingkungan, tidak lagi menggunakan single-use plastic (plastik sekali pakai)," ujarnya dalam siaran kepada wartawan di Jakarta, Jumat (27/5/2022).

Menurut dia, setiap kemasan memiliki keunggulan sendiri dari segi pertimbangan ketahanan, keamanan, maupun keramahan terhadap lingkungan, seperti kemampuan untuk digunakan kembali sehingga tidak menimbulkan limbah plastik yang mengancam lingkungan. "Penting menjadi perhatian juga adalah bagaimana perlakukan kita terhadap kemasan plastik itu setelah kita konsumsi air minumnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement