Sabtu 28 May 2022 23:17 WIB

Mitos Sebabkan Tidak Perkasa, Banyak Pria tak Mau KB

Partisipasi pria ikut KB masih rendah.

Rep: silvi dian setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Mitos Sebabkan Tidak Perkasa, Banyak Pria tak Mau KB. Foto: Keluarga Berencana, ilustrasi
Mitos Sebabkan Tidak Perkasa, Banyak Pria tak Mau KB. Foto: Keluarga Berencana, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Partisipasi laki-laki dalam program keluarga berencana (KB), tak terkecuali di DIY. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) DIY, GKBRAy A Paku Alam, yang menurutnya sangat jarang laki-laki mengikuti program KB.

"Kalau KB laki-laki itu memang sangat jarang, mereka lebih tidak mau untuk ber-KB," katanya usai Gebyar Pelayanan KB MOW dalam Rangkaian Harganas ke-29 dan TMMD di RSKIA Sadewa, Sleman, DIY, Sabtu (28/5/2022).

Baca Juga

Pihaknya pun melakukan pendekatan tidak hanya kepada perempuan, namun juga kepada laki-laki untuk dapat berpartisipasi dalam program KB. Hal ini dilakukan bersama dengan pihak lainnya seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Sosialisasi dan edukasi terkait KB pada laki-laki ini, katanya, dilakukan secara masif. Menurut GKBRAy A Paku Alam, memberikan reward kepada laki-laki yang sudah turut ikut serta dalam program KB ini juga menjadi pilihan untuk meningkatkan partisipasi.

"Kita PKK terlibat dalam (menjalankan program KB) dan bekerja sama dengan BKKBN DIY untuk menggugah kaum pria agar mau ber-KB," ujarnya.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, kendala kurangnya partisipasi laki-laki dalam mengikuti program KB salah satunya karena mitos tidak perkasa. Padahal, kata Hasto, hal tersebut tidak benar.

"Kalau bapak-bapak itu dioperasi tidak perkasa lagi, itu hal pertama yang paling dikhawatirkan, padahal itu tidak (benar)," kata Hasto.

Hasto menegaskan, mitos tersebut tidak benar yang mana sudah dibuktikan dari jutaan laki-laki yang mengikuti program KB di Indonesia. Alasan kedua, lanjutnya, dikarenakan istri yang tidak membolehkan suaminya untuk mengikuti program KB.

"Ada juga sebagian yang istrinya tidak boleh, tapi itu urusan internal keluarga. Tapi mayoritas alasan utamanya adalah takut tidak perkasa lagi dan itu tidak terbukti karena sudah jutaan dikerjakan," ujar Hasto.

Di DIY sendiri, Hasto menyebut, akseptor atau yang mengikuti program KB laki-laki yang cukup banyak yakni di Kabupaten Sleman, yang juga menjadi percontohan. Disusul dengan Kabupaten Gunungkidul.

Untuk meningkatkan partisipasi laki-laki untuk mengikuti program KB, TNI/Polri juga dilibatkan. "Tapi paling penting Pak Polisi dikerjakan dulu dan TNI dikerjakan, dia sendiri vasektomi dan setelah itu dia cerita-cerita. Penyuluhan itu dia (lakukan) sendiri, akseptor kita masih (banyak) dari TNI/Polri," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement