Selasa 31 May 2022 01:49 WIB

Think 20 Dorong Isu Sampah Baterai Jadi Pembahasan Global

Isu sampah baterai perlu dibawa ke dalam forum besar G20.

Red: Dwi Murdaningsih
Baterai litium (ilustrasi)
Foto: Newatlas
Baterai litium (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepresidenan Think-20 (T20) sebagai pusat gagasan global bagi para pemimpin G20 mendorong isu sampah baterai kendaraan listrik menjadi pembahasan global. Hal ini selaras dengan program transisi energi.

Lead Co-chair Task Force 3 Think 20 Moekti Soejachmoen mengatakan transisi energi dengan elektrifikasi sektor transportasi menjadi cita-cita bersama. Alhasil, isu sampah baterai perlu dibawa ke dalam forum besar G20.

Baca Juga

"Ada salah satu policy drivers yang menurut saya menarik yang menyarankan ayo dong mulailah dari G20 untuk mengangkat dan membuat satu framework bagaimana kita menangani isu sampah baterai," kata Moekti dalam sebuah diskusi publik di Jakarta, Senin (30/5/2022).

Ia berharap pembahasan forum G20 nantinya tidak hanya sebatas sampah baterai. Namun, bagaimana negara-negara dengan perekonomian besar di dunia itu bisa membuat limbah baterai kendara listrik sebagai bagian dari ekonomi sirkular mengingat permintaan kendaraan listrik akan sangat besar di masa depan.

Menurut Moekti, jika negara-negara yang tergabung dalam Forum G20 bisa menjadikan sampah baterai sebagai ekonomi sirkular, maka dunia tidak akan gila-gilaan melakukan ekstraksi dan eksploitasi sumber daya alam. Seperti diketahui, nikel ataupun logam tanah jarang, dan mineral berharga lainnya digunakan sebagai sumber baterai.

"Kami approach seperti itu dan kami mungkin akan bikin sesi diskusi juga," ucap Moekti.

Sebelumnya, Kementerian BUMN secara resmi telah mengumumkan pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Maret 2021. Perusahaan itu dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Indonesia.

Pemerintah menargetkan angka produksi baterai kendaraan listrik dapat mencapai 600 ribu unit untuk mobil dan 2,45 juta unit untuk sepeda motor pada tahun 2030. Target produksi baterai itu untuk mengimbangi jumlah kendaraan listrik dalam sembilan tahun mendatang yang diproyeksikan mencapai 2 juta unit mobil dan 13 juta unit sepeda motor.

Dalam peta jalan percepatan kendaraan listrik nasional yang telah disusun oleh pemerintah, daur ulang sampah baterai nasional akan digarap oleh PT Nasional Hijau Lestari (NHL). Proses daur ulang itu akan mengambil kembali logam-logam berharga, seperti kobalt, aluminium, mangan, dan litium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement