Selasa 31 May 2022 17:10 WIB

Pengadilan Ukraina Vonis Penjara Dua Tentara Rusia

Vonis ini merupakan putusan pengadilan kedua sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina pada hari Ahad, 29 Mei 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, kiri, memberikan penghargaan kepada seorang prajurit wanita saat ia mengunjungi wilayah Kharkiv yang dilanda perang. Pengadilan Ukraina memvonis dua tentara Rusia dengan hukuman 11 setengah tahun penjara atas penembakan di Ukraina timur.
Foto: AP/Ukrainian Presidential Press Off
Dalam foto yang disediakan oleh Kantor Pers Kepresidenan Ukraina pada hari Ahad, 29 Mei 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, kiri, memberikan penghargaan kepada seorang prajurit wanita saat ia mengunjungi wilayah Kharkiv yang dilanda perang. Pengadilan Ukraina memvonis dua tentara Rusia dengan hukuman 11 setengah tahun penjara atas penembakan di Ukraina timur.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pengadilan Ukraina memvonis dua tentara Rusia dengan hukuman 11 setengah tahun penjara atas penembakan di Ukraina timur. Vonis ini merupakan putusan pengadilan kedua sejak Rusia menginvasi negara tetangganya itu bulan Februari lalu.

Pada Senin (31/5/2022) Alexander Bobikin dan Alexander Ivanov mendengarkan putusan tersebut di dalam kotak kaca di pengadilan distrik Kotelevska, Ukraina tengah. Pada pekan lalu keduanya mengaku bersalah.

Baca Juga

Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan langkah Rusia memblokir pelabuhan Ukraina menghalangi negara itu mengekspor 22 juta ton gandum. Hal ini memicu krisis pangan dunia.

Dalam pidato rutinnya, Senin (30/5/2022) malam Zelenskyy mengatakan pemblokiran itu mengancam negara-negara yang bergantung pada gandum mengalami kelaparan. Menurutnya hal ini dapat menciptakan krisis imigrasi baru.

"Ini jelas sesuatu yang dicari pemimpin-pemimpin Rusia," katanya.

Zelenskyy menuduh Moskow sengaja menciptakan masalah ini sehingga seluruh Eropa kesulitan dan Ukraina tidak mendapat miliaran dolar dari ekspornya. Ia mengatakan klaim Rusia sanksi-sanksi terhadapnya menyulitkan ekspor lebih banyak merupakan "sinis" dan kebohongan.

Sementara itu pemimpin-pemimpin negara anggota Uni Eropa berkompromi untuk mengembargo minyak Rusia dalam rapat yang fokus membahas Ukraina. Sebelumnya Hungaria menjadi negara yang paling vokal menolak sanksi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement