Selasa 07 Jun 2022 03:05 WIB

UAS dan Dai dari Malaysia Bahas Dampak Pandemi dalam Praktek Keagamaan

umat Islam perlu mengamalkan tawakkal dan menerima pandemi sebagai ujian dari Allah

Rep: Rossi Handayani/ Red: Agung Sasongko
Masjid Kampong Pulaie di Brunei Darussalam.
Foto: Borneo Bulletin/RAHWANI ZAHARI
Masjid Kampong Pulaie di Brunei Darussalam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dai dari Masjid Negara Sultan Ahmad I di Kuantan Pahang, Malaysia, Ustaz Dato' Haji Badli Syah bin Haji Alaudin mengatakan, Covid-19 tidak hanya berdampak secara ekonomi dan sosial, tetapi juga psikologis. 

Oleh karena itu, selain mengikuti protokol kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah, umat Islam perlu mengamalkan tawakkal dan menerima pandemi sebagai ujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hal tersebut disampaikan saat presentasinya tentang 'The Application of Divine Vaccines and Religious SOPs in Families and Communities in Facing the Epidemic: Holistic Education Guided by Al-Quran and As-Sunnah’. Itu menjadi bagian dari seminar ‘Understanding of Divine Vaccine and Religious SOP Education’ bersamaan dengan Brunei Mid-Year Conference and Exhibition (Brunei MYCE 2022) pada Sabtu (4/6/2022). 

Baca Juga

“Kita harus berlatih Doa atau permohonan, membaca Zikir dan berkomunikasi dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala,” kata dia dilansir dari laman Borneo Bulletin pada Senin (6/6/2022).

“Praktek keagamaan ini akan memberi kita kekuatan transendental untuk membawa kedamaian pikiran untuk mengarahkan kita menjauh dari ketakutan dan kecemasan,” lanjutnya. 

Ustaz Dato’ Haji Badli Shah menambahkan, bahwa vaksin 'divine' merupakan serangkaian ritual yang dapat menenangkan hati dan pikiran, seperti pembacaan Doa Qunut Nazilah dan Surat Yaasiin serta pembacaan Alquran. Ia juga berpendapat bahwa pemahaman tentang SOP keagamaan perlu diperluas, terutama dalam memastikan kesehatan yang baik sesuai dengan Maqashid Syariah.

Sementara Dai dari Indonesia, Ustaz Dr Abdul Somad Batubara  dalam ceramahnya tentang 'The Greatness of Divine Vaccine Approach and Religious SOP in Facing the Epidemic' menyentuh fakta bahwa epidemi bukanlah fenomena baru. Untuk itu, dunia harus mengambil catatan dari orang-orang masa lalu dalam menangani krisis hari ini.

“Harus diingat, dalam menghadapi hidup di masa pandemi, kita sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak boleh hanya menganggapnya sebagai hukuman tetapi kesempatan untuk mendapatkan berkah karena memiliki keyakinan yang kuat terhadap rencana Allah Subhanahu wa Ta'ala,” kata dia.

Sementara itu, peneliti dari Penang Consumer Association di Malaysia, Hatijah binti Hashim mengatakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) bergabung dengan berbagai asosiasi di Malaysia ketika negara itu menerapkan perintah pengendalian gerakan untuk memerangi penyebaran Covid-19.  Dia percaya pembatasan gerakan telah mengubah pandangan orang tentang kehidupan dan membuat mereka menerima kenyataan baru.

“Berbagai inisiatif dilakukan, termasuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan dalam bentuk uang, makanan dan pakaian,” kata dia. 

“Malaysia juga memperkenalkan program vaksinasi sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan penyebaran virus. Salah satu tantangan utama di kalangan umat Islam adalah masalah bahan non-halal dalam produksi vaksin,” lanjutnya. 

Hatijah merujuk pada Maqashid Syariah yang mengatakan bahwa dalam situasi darurat, lebih penting untuk fokus menyelamatkan nyawa dan mengobati penyakit yang melemahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement