Rabu 08 Jun 2022 14:21 WIB

CSIS Prediksi Pemilu 2024 akan Berlangsung Kompetitif dan Ketat

Pilpres 2024 akan berlangsung ketat lantaran koailsi antarpartai saat ini masih cair.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
 (dari kiri) Periset CSIS Arya Fernandes memberikan paparan hasil survey CSIS terhadap Calon Gubernur DKI di Jakarta, Senin (25/1).
Foto: Republika/ Wihdan
(dari kiri) Periset CSIS Arya Fernandes memberikan paparan hasil survey CSIS terhadap Calon Gubernur DKI di Jakarta, Senin (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, memprediksi Pemilu 2024 bakal berlangsung ketat dan kompetitif. Arya menyebut ada tiga alasan perhelatan Pemilu 2024 bakal berlangsung kompetitif dan ketat

"Pertama jarak elektabilitas terutama di antara tiga calon yang populer berdasarkan sejumlah hasil survei relatif sangat dekat atau ketat. Sehingga potensi ketat itu pilpres berpotensi akan terjadi dalam dua putaran," kata Arya dalam sebuah diskusi daring  bertajuk 'Manuver Koalisi Partai Menjelang Pemilu Presiden: Motivasi dan Resiliensi', Rabu (8/6/2022). 

Baca Juga

Arya juga memprediksi Pilpres 2024 bakal berlangsung ketat lantaran koailsi antarpartai saat ini masih cair. Seluruh partai saat ini masih terbuka untuk saling berkoalisi, baik partai dengan platform yang sama maupun lintas partai.

"Koalisi yang cair ini mempengaruhi pilpres mendatang," ucapnya. 

Selain itu tidak adanya petahana juga bakal mempengaruhi ketatnya Pemilu 2024 mendatang. Sebab, konstitusi mengatur masa jabatan presiden dua periode.

"Jadi tidak adanya petahana diprediksi pilpres akan sangat ketat dan kompetitif," ujar Arya. 

Arya juga memprediksi tren perilaku koalisi partai di Pemilu 2024 mendatang akan alami perubahan. Perubahan pertama, partai politik akan terdorong untuk membuat koalisi lebih dini. 

"Kenapa partai terdorong membuat koalisi yang lebih dini, karena saat ini relatif saat ini dari sisi kandidat itu cukup banyak kandidat-kandidat yang berpotensi atau kandidat potensial yang dicalonkan partai partai politik, baik kandidat yang berada  di lapis pertama, atau lapis kedua, atau laps ketiga, jadi partai punya banyak pilihan untuk mencalonkan kira-kira siapa yang akan mereka dukung dalam kontestasi pilpres mendatang," kata Arya. 

Arya juga memprediksi elite partai akan menjadi faktor penting dalam mempengaruhi peta koalisi ke depan. Hal tersebut berbeda dengan Pilpres sebelumnya dimana faktor kandidat menjadi penting.

"Misalnya pemilu 2014 dan 2019 itu faktor kandidat menjadi penting," ucapnya. 

Selain itu Arya juga memprediksi soliditas koalisi akan sangat terpengaruh oleh hasil pemilu legislatif. Sebab hal tersebut akan ikut mempengaruhi peta pencalonan yang akan datang.

 

"Koalisi dini ini juga konsistensi mereka, soliditas mereka juga akan terpengaurh hasil pileg, karena itu akan mempengaruhi juga bagaimana peta pencalonan dalam pilkada mendatang," ujarnya. 

 

photo
Koalisi Indonesia Bersatu - (infografis republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement