Jumat 10 Jun 2022 04:25 WIB

Hadapi Ekstremisme dan Terorisme, Ini Pandangan Mufti Agung India

Seluruh agama membawa kedamaian.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
ilustrasi terorisme
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
ilustrasi terorisme

REPUBLIKA.CO.ID,  KAIRO -- Mufti Agung India, Syekh Abu Bakr Ahmed, menyampaikan ekstremisme adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai sosial, politik, dan ideologi yang berlaku di tengah masyarakat. Hal ini dia sampaikan saat berpidato pada konferensi yang digelar oleh Pusat Salam Dar al-Ifta Mesir dan Sekretariat Jenderal Fatwa dan Institusi di dunia.

"Sedangkan terorisme adalah sekelompok motif dan tindakan antisosial yang menyimpang dan kriminal yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi dengan tujuan untuk mengubah sistem sosial di masyarakat," kata pemimpin Pusat Kebudayaan Islam Sunni itu, dilansir Elbalad, Kamis (9/6/2022).

Baca Juga

Terorisme, kata dia, mengganggu stabilitas keamanan politik dalam masyarakat, serta menimbulkan teror dan intimidasi terhadap satuan-satuan kemanusiaan baik individu, kelompok maupun masyarakat.

Syekh Abu Bakr Ahmed juga menekankan, terorisme mengancam keamanan dan stabilitas individu serta kehidupan dan harta benda mereka. Hal ini menyebabkan lemahnya rasa kepemilikan individu terhadap tanah airnya dan lemahnya kepercayaan pada mereka yang bertanggung jawab atas dirinya, dan keamanan serta stabilitas dalam masyarakat tempat keluarga tersebut berada.

"Agama Islam kita adalah jalan petunjuk dan kedamaian, dan siapa pun yang memasukinya tentu aman, dan salam mereka adalah kedamaian, pintu masuknya adalah kedamaian, jalannya adalah kedamaian, kitabnya dan ajarannya adalah kedamaian. Para Nabi dan para pendakwahnya adalah kedamaian. Dan nasib umatnya adalah tempat kedamaian itu sendiri," kata dia.

Syekh Ahmed juga menegaskan, seluruh agama itu membawa kedamaian. Tidak ada yang lain kecuali kedamaian. Dia kemudian mengutip firman Allah SWT pada Surah Al-Baqarah ayat 143:

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."

Ada beberapa hal yang menurut Syekh Ahmed harus dilakukan untuk menghadapi ekstremisme dan terorisme. Pertama, menyebarkan kesadaran beragama dan pengetahuan syariat di kalangan umat Islam secara umum dan pribadi mereka. Kedua yaitu menghubungkan umat Islam dengan agama mereka, untuk mencapai kekebalan terhadap pemikiran ekstrem.

Ketiga, perlunya terobosan pemerintah untuk menangani permasalahan ekonomi dan sosial yang diderita terutama oleh para pemuda-pemudi. Karena itu, penting untuk membangun unit-unit produksi dan mendirikan proyek-proyek besar yang menampung banyak orang muda sehingga kesempatan kerja dapat diberikan dan pengangguran dapat terhapuskan. "Dengan pengembangan proyek terpadu untuk reformasi sosial yang berjalan seiring dengan reformasi ekonomi," tuturnya.

Syekh Ahmed juga menyarankan agar umat Islam menaruh perhatian pada tasawud dan jalan orang-orang yang saleh. Dia mengatakan, di sebagian besar tarekat sufi, seseorang harus berjuang sendiri dan menunjukkan kesediaan untuk bergabung dengan tarekat. Untuk mencapai sesuatu yang bernilai, ia harus berusaha untuk mensucikan diri dan mensucikan diri dari segala maksiat.

"Lembaga keagamaan dan pendidikan juga dapat berperan nyata dalam mengoreksi miskonsepsi tentang Islam yang banyak terdapat di masyarakat. Ini penting agar generasi muda tidak terjerumus ke dalam skema terorisme," ucapnya.

Baca juga : Politisi: India Menanggung Malu Gara-Gara Kasus Penghinaan Nabi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement