Kamis 09 Jun 2022 21:36 WIB

Bos Formula E: JIEC Ancol tak Perlu Berubah Saat Muncul Mobil Era Baru

Sirkuit Ancol akan berubah ringan agar menantang bagi pembalap Formula E musim depan.

Red: Indira Rezkisari
DS Techeetah Jean Eric Vergne (25), Pembalap dari Jaguar TCS Racing Mitch Evans (9) beradu cepat saat pertandingan babak final Formula E seri kesembilan di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Podium pertama dimenangkan oleh pembalap dari Jaguar TCS Racing Mitch Evans, pembalap DS Techeetah Jean Eric Vergne pada posisi kedua dan pembalap Rokit Venturi Racing Edoardo Mortara pada posisi ketiga. Foto: Tahta Aidilla/Republika 
Foto: Tahta Aidilla/Republika
DS Techeetah Jean Eric Vergne (25), Pembalap dari Jaguar TCS Racing Mitch Evans (9) beradu cepat saat pertandingan babak final Formula E seri kesembilan di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Podium pertama dimenangkan oleh pembalap dari Jaguar TCS Racing Mitch Evans, pembalap DS Techeetah Jean Eric Vergne pada posisi kedua dan pembalap Rokit Venturi Racing Edoardo Mortara pada posisi ketiga. Foto: Tahta Aidilla/Republika 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desain sirkuit internasional Formula E Jakarta atau "Jakarta International E-Prix Circuit" (JIEC) di Ancol, Jakarta Utara, tidak perlu berubah drastis saat ada penggunaan mobil balap listrik generasi baru pada musim depan. Chief Competition Officer Formula E Alberto Longo mengatakan sirkuit tersebut dirancang untuk digunakan hingga dua generasi mobil berikutnya.

"Untuk Jakarta tidak perlu, karena kami mendesain sirkuit ini dengan pertimbangan kelahiran mobil Gen3 dan bahkan Gen4. Jadi sirkuit Ancol dirancang untuk dua generasi mobil mendatang," kata Alberto, saat video konferensi di Kantor Jakpro, Thamrin City, Jakarta Pusat, Kamis (9/6/2022).

Baca Juga

Namun, Alberto menjelaskan untuk sirkuit akan ada perubahan yang bersifat ringan demi menjaga kompetisi tetap menarik dan menantang bagi pembalap Formula E di musim depan. "Treknya tidak ada masalah. Tapi mungkin akan ada beberapa perubahan kecil, agar tim-tim tidak menggunakan strategi yang sama seperti tahun ini. Kami ingin mereka memiliki sedikit tantangan, agar balapan jadi lebih menarik," ujar Alberto.

Pada mulanya, mobil yang digunakan untuk balapan Formula E menggunakan generasi pertama atau dinamai dengan Gen 1. Tapi mobil ini ditemukan kendala besar terutama perihal baterai.

Kapasitas baterai yang digunakan mobil tidak terlalu besar, maka saat balapan harus dilakukan pergantian kendaraan untuk melanjutkan hingga ke garis putaran akhir. Seiring perkembangan, ditemukan skema yang lebih efisien selesaikan hal tersebut. Di mana, kapasitas daya penyimpanan baterai mencapai dua kali lipat dari mobil Gen 1. Sehingga pada mobil Gen 2, tak ada lagi pertukaran mobil di tengah laga karena kehabisan baterai.

Hanya saja, bobot mobil menjadi sedikit lebih berat, yaitu 903 kilogram dengan bobot baterai 385 kg. Meski begitu, mobil ini memiliki dimensi masih cukup ramping dengan panjang 5.160 mm, atau lebih panjang 160 mm dari Gen 1, lebar mobil 1.770 mm atau lebih ramping 10 mm, dan tinggi mobil 1.050 mm.

Dari sisi tenaga, Gen 2 memiliki daya maksimal 250 kilowatt (KW) atau setara dengan 335 "brake horsepower" (BHP), lebih kencang dibandingkan dengan Gen 1 yang hanya memiliki maksimal daya 200 kw. Mobil Gen 2 itu mampu melaju dengan kecepatan hingga 280 kilometer per jam.

Selanjutnya, generasi mobil balap baru Gen 3 pun membuka babak berikutnya dalam kisah sukses Formula E sekitar Maret 2021 lalu. Dikutip dari situs resmi Federasi Otomobil Internasional (FIA), hingga kini ada tujuh produsen otomotif terkemuka dunia telah mendaftar ke FIA untuk membalap dengan mobil Gen 3 baru pada musim ke-9.

Produsen otomotif, yakni DS Automobiles (Prancis), Jaguar (Inggris Raya), Mahindra Racing (India), Maserati (Italia), NIO 333 (Inggris/China), Nissan (Jepang) dan Porsche (Jerman). Mobil balap Gen 3 adalah Mobil Formula E tercepat karena mampu melaju di atas 322 kilometer per jam.

Mobil balap itu juga yang paling efisien yang pernah ada dengan lebih dari 40 persen energi yang digunakan dalam balapan dihasilkan oleh skema daur ulang energi dari pengereman (regenerative braking) dua kali lipat lebih dari kemampuan regenerative braking mobil Gen 2 saat ini. Sekitar 95 persen efisiensi daya dari motor listrik menghasilkan hingga 350kW (470BHP), dibandingkan dengan sekitar 40 persen untuk mesin pembakaran internal. Kemampuan pengisian daya berkecepatan sangat tinggi mencapai 600kW energi tambahan sekali pengisian, hampir dua kali lipat kekuatan pengisi daya komersial paling canggih di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement