Jumat 10 Jun 2022 06:25 WIB

WHO: Asal Usul Covid-19 tak Dapat Disimpulkan karena Data Awal dari China Hilang

Perselisihan politik mengganggu penyusunan bersama penyebab awal pandemi Covid-19.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, Senin, 27 September 2021.
Foto: AP/Denis Balibouse/Reuters Pool
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara saat pembukaan Akademi Organisasi Kesehatan Dunia di Lyon, Prancis tengah, Senin, 27 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (9/6/2022), mengatakan, penyelidikan terbarunya tentang asal-usul Covid-19 tidak dapat disimpulkan. Hal itu disebabkan data dari China hilang. Ini menjadi pukulan bagi upaya WHO menentukan bagaimana pandemi bermula.

Laporan dari panel ahli WHO mengatakan, semua data yang tersedia menunjukkan virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 mungkin berasal dari kelelawar. Data yang hilang dari China terkait kasus pertama yang dilaporkan pada Desember 2019. Dengan demikian, WHO tidak mungkin mengidentifikasi secara pasti bagaimana virus pertama kali ditularkan ke manusia.

Baca Juga

Hilangnya data ini akan menambah keraguan tentang kemungkinan menentukan bagaimana dan di mana virus itu muncul. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengirim surat kepada Pemerintah China sebanyak dua kali pada Februari tahun ini untuk mencari informasi lebih lanjut. 

Asal mula pandemi, yang telah menewaskan sedikitnya 15 juta orang, telah dipolitisasi. Para ilmuwan mengatakan, penting untuk menetapkan asal usul pandemi dan penyebaran virus korona sehingga dapat mencegah wabah serupa di masa depan.

Tim di panel yang dikenal sebagai Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal Usul Patogen Novel (SAGO) mengatakan, penyelidikan mengenai asal usul virus korona tidak mungkin dilakukan karena kurangnya data. Mereka juga mengakui ada tantangan dalam menyelidiki asal usul virus korona. Salah satunya rentang waktu yang cukup lama setelah wabah awal muncul, sehingga identifikasi semakin sulit. Meskipun demikian, SAGO akan terus melanjutkan penyelidikan.

"Semakin lama, semakin sulit jadinya, kami berutang pada diri kami sendiri, kami berutang kepada jutaan orang yang meninggal dan miliaran orang yang terinfeksi," ujar pejabat senior WHO Maria Van Kerkhove.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement