Jumat 10 Jun 2022 09:18 WIB

IMF Perkirakan Pangkas Lebih Lanjut Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global

Pada April, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global 2022 jadi 3,6 persen.

Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan akan memangkas lebih lanjut proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 bulan depan, kata juru bicara IMF pada Kamis (9/6/2022), menyusul langkah Bank Dunia dan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) untuk memotong perkiraan mereka sendiri minggu ini. Itu akan menandai penurunan yang ketiga oleh IMF tahun ini. 

Pada April, IMF telah memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh menjadi 3,6 persen pada 2022 dan 2023. Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan pada briefing reguler IMF bahwa prospek keseluruhan masih menyerukan pertumbuhan di seluruh dunia, meskipun pada tingkat yang lebih lambat, tetapi beberapa negara mungkin menghadapi resesi.

Baca Juga

"Jelas sejumlah perkembangan telah terjadi yang dapat membuat kami merevisi lebih jauh. Begitu banyak yang telah terjadi dan (sedang) terjadi dengan sangat cepat sejak terakhir kali kami datang dengan perkiraan kami," kata Rice kepada wartawan.

IMF akan merilis pembaruan untuk Prospek Ekonomi Dunia pada pertengahan Juli.Bank Dunia pada Selasa (7/6/2022) memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya hampir sepertiga menjadi 2,9 persen untuk 2022, mengutip kerusakan yang bertambah dari invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi Covid-19, sambil memperingatkan tentang meningkatnya risiko stagflasi.

Sehari kemudian, OECD memangkas perkiraannya sebesar 1,5 poin persentase menjadi 3,0 persen, meskipun dikatakan ekonomi global harus menghindari serangan stagflasi gaya tahun 1970-an.

Rice mengatakan penurunan peringkat disebabkan oleh perang yang berkelanjutan di Ukraina, harga komoditas yang bergejolak, harga pangan dan energi yang sangat tinggi, dan perlambatan ekonomi China yang lebih parah dari yang diperkirakan, serta kenaikan suku bunga di sejumlah negara maju. Dia tidak memberikan rincian tentang prospek China.

"Kami melihat pertemuan krisis ini ... kombinasi dari semua hal ini menuju ke arah yang sama dari risiko penurunan yang terwujud," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement