Jumat 10 Jun 2022 13:48 WIB

Jet Tempur China Hantam Rumah Warga, Satu Orang Tewas

Pesawat J-7 jatuh di dekat bandara di Kota Xiangyang di Provinsi Hubei.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Dua jet tempur J-7 tampil dalam pertunjukan aerobatik untuk merayakan ulang tahun ke-60 Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing pada 11 November 2009. Saluran militer CCTV melaporkan bahwa sebuah jet tempur angkatan udara China jatuh di dekat bandara di Xiangyang di provinsi Hubei pada Kamis pagi.
Foto: AP Photo
Dua jet tempur J-7 tampil dalam pertunjukan aerobatik untuk merayakan ulang tahun ke-60 Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing pada 11 November 2009. Saluran militer CCTV melaporkan bahwa sebuah jet tempur angkatan udara China jatuh di dekat bandara di Xiangyang di provinsi Hubei pada Kamis pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah jet tempur angkatan udara China menabrak rumah warga selama misi pelatihan di China tengah. Insiden ini menewaskan satu orang di darat dan melukai dua lainnya.

Laporan itu sangat tidak biasa, karena China umumnya merahasiakan kecelakaan militer atau menekankan peran heroik pilot dalam menghindari korban di darat. Pemerintah asing belum lama ini mengeluhkan penerbangan jet tempur China yang membahayakan awak pesawat pengintai militer mereka.

Baca Juga

China Central Television (CCTV) melaporkan, pesawat J-7 jatuh di dekat bandara di Kota Xiangyang di Provinsi Hubei pada Kamis (9/6/2022) pagi. Pilot berhasil melontarkan diri dengan selamat tetapi beberapa bangunan tempat tinggal rusak. Pilot dan mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit. Pihak berewenang sedang menyelidiki penyebab kecelakaan itu.

J-7 adalah model lama pesawat bermesin tunggal atau versi baru dari Soviet MiG-21 yang diproduksi pada 1950-an. Jet tempur J-7 diterbangkan pertama kali pada 1966. Jet tempur J-7 diproduksi selama hampir 50 tahun hingga produksi berakhir pada 2013.

Sebagian besar jet tempur J-7 beroperasi untuk memberikan perlindungan udara regional. Cina juga menjual versi ekspor yaitu jet tempur F-7, ke lebih dari selusin negara. Namun banyak negara yang telah mempensiunkan pesawat tersebut.

Industri penerbangan sipil China telah berada di bawah pengawasan dalam beberapa bulan terakhir. Terutama setelah kecelakaan pesawat penumpang China Eastern Airlines pada 21 Maret yang menewaskan 132 orang.

Kemudian pada 12 Mei, pesawat Tibet Airlines yang mengangkut 122 orang yang hendak lepas landas dari Kota Chongqing tergelincir dari landasan pacu dan terbakar. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, dan beberapa penumpang mengalami luka ringan.

Australia dan Kanada menyuarakan keprihatinan tentang pilot China yang menerbangkan jet tempur secara sembrono. Dalam pernyataan 1 Juni, militer Kanada mengatakan, pesawat China mencoba mengalihkan pesawat patroli jarak jauh Kanada dari jalurnya, sehingga kru harus mengubah arah dengan cepat untuk menghindari tabrakan. 

Sementara Australia mengatakan, jet tempur China pada 26 Mei melakukan tindakan agresi berbahaya terhadap pesawat angkatan udara Australia yang melakukan pengawasan udara di Laut China Selatan. Menteri Pertahanan Australia Richard Marles, mengatakan, jet tempur J-16 China berakselerasi dan memotong jalur tepat di depan pesawat Australia. Mereka melepaskan sekam dengan potongan kecil aluminium yang dirancang untuk membingungkan radar yang dapat tersedot ke mesin pesawat. 

China membela tindakan pilotnya. Beijing justru menyalahkan negara asing karena melakukan pengawasan ketat terhadap wilayahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement