Kamis 16 Jun 2022 17:28 WIB

Pakar Kembali Ingatkan Pentingnya Vaksinasi Primer dan Booster

Vaksinasi primer dan booster penting didapatkan di tengah lonjakan kasus Covid-19.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nora Azizah
Vaksinasi primer dan booster penting didapatkan di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Vaksinasi primer dan booster penting didapatkan di tengah lonjakan kasus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan sekitar 270 juta kelompok sasaran segera mendapatkan vaksin Covid-19 dosis primer yaitu suntikan pertama dan kedua. Setelah itu, vaksin Covid-19 penguat (booster) juga penting untuk didapatkan karena tujuannya untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menjelaskan, vaksinasi adalah upaya untuk menumbuhkan suatu kekebalan tubuh. Di vaksin dimasukkan suatu antigen kemudian muncul antibodi. Ia menambahkan, vaksinasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menimbulkan titer antibodi yang diinginkan untuk merespons memori untuk mengenali antigen dalam virus Covid-19. 

Baca Juga

"Masa kerja vaksin seiring dengan waktu, semakin lama akan semakin menurun karena daya memori mengingat antigen itu berkurang. Makanya dibutuhkan booster setelah 3 bulan sampai 6 bulan untuk menambah antibodi yang ada dalam jumlah dan daya memori," ujarnya, Kamis (16/6/202).

Jadi, dia menambahkan, memori yang sudah menurun kemudian ketika ada varian baru maka tentu bisa berbahaya. Oleh karena itu perlu diberi tambahan kekuatan untuk menumbuhkan imunitas. 

Kemudian, dia melanjutkan, kalaupun orang yang sudah mendapatkan booster jika terpapar Covid-19 maka tidak terlalu berat gejalanya. Ia mengungkap data vaksinasi menyebutkan sejauh ini dari total sasaran 270 juta, kelompok di atas 18 tahun yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 memang sudah tinggi yaitu sekitar 96,4 persen. 

Ia memperinci cakupan vaksinasi dosis kedua kelompok orang dewasa sekitar 80 persen dan booster 23 persen. Kendati demikian, dia melanjutkan, apabila target sasaran ini digabungkan dengan anak-anak di bawah 12 tahun, ternyata cakupannya baru mencapai 63 persen. Padahal standarnya adalah 70 persen untuk memunculkan kekebalan komunal (herd immunity). 

"Untuk itu, mari melakukan vaksinasi Covid-19 ini, baik yang primer maupun booster. Karena upaya ini bagian dari kewaspadaan karena pandemi belum selesai, ada kewaspadaan baru untuk pencegahan maupun pengendalian," ujarnya.

Kendati demikian, dia melanjutkan, vaksin booster saat ini masih diprioritaskan untuk orang dewasa di atas 18 tahun. Tak hanya Indonesia, ia menyebutkan baru tiga negara di dunia yang memulai booster untuk anak-anak. 

Terkait Indonesia belum memberikan booster untuk anak-anak, ia menjelaskan pemerintah fokus pada vaksinasi primer dosis pertama dan kedua dan booster untuk lansia, yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), orang dewasa, dan tenaga kesehatan (nakes). Apalagi, dia menambahkan, antibodi yang dibentuk pada vaksinasi satu dan dua pada anak-anak masih cukup tinggi dan reaksi dan memori pada anak-anak lebih tinggi daripada orang dewasa. 

Sejauh ini, ia mengeklaim pandemi Covid-19 di Indonesia terkendali. Sehingga, pemerintah memberlakukan pelonggaran masker di luar ruangan, hingga anak-anak bisa melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Ia menjelaskan, pelonggaran dilakukan karena Covid-19 tak hanya berdampak pada kesehatan melainkan juga ekonomi, sosial, budaya, hingga aspek lainnya.

"Kalau kita melihat sejak lebaran kemarin itu sebetulnya tidak ada kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan dibandingkan dengan natal dan tahun baru dibandingkan lebaran 2021 lalu. Itu tak lain karena kontribusi vaksinasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement