Jumat 17 Jun 2022 03:24 WIB

Turki: Gandum Ukraina Dapat Diangkut Via Koridor yang Aman

Lintasan yang aman dapat dibuat tanpa upaya menjinakkan ranjau yang makan waktu.

Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. Ukraina dapat mengekspor produk biji-bijiannya melalui koridor aman yang dapat dibuka dari pelabuhannya.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. Ukraina dapat mengekspor produk biji-bijiannya melalui koridor aman yang dapat dibuka dari pelabuhannya.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ukraina dapat mengekspor produk biji-bijiannya melalui koridor aman yang dapat dibuka dari pelabuhannya. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Rabu (16/6/2022) mengatakan pengiriman itu dapat dilakukan tanpa perlu melakukan upaya menjinakkan ranjau yang memakan waktu.

“Menurut rencana terbaru PBB, memerlukan waktu lama untuk membersihkan ranjau ini. Karena lokasi ranjau sudah diketahui, koridor aman akan dibangun ke tiga pelabuhan (di Ukraina),” kata Cavusoglu kepada wartawan di ibu kota Turki, Ankara.

Baca Juga

Di bawah rencana seperti itu, kapal akan memiliki akses yang aman ke pelabuhan dan akan dipandu oleh kapal pencari dan penyelamat Ukraina, kata Cavusoglu, menambahkan bahwa kapal yang memasuki zona aman akan diperiksa.

Cavusoglu mengatakan rencana itu bisa diterapkan dan Ankara mendukungnya sementara kedua pihak sedang menunggu tanggapan Moskow.

Dia menambahkan bahwa Turki menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertemuan di Istanbul untuk menuntaskan rincian rencana kedua negara jika mereka mencapai kesepakatan.

Rusia dan Ukraina, pengekspor biji-bijian global yang besar, tahun lalu memiliki pangsa sekitar 30 persen dari ekspor gandum di dunia. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow siap untuk menyediakan ekspor biji-bijian tanpa hambatan, termasuk ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan di Laut Hitam, tetapi hal itu memerlukan pencabutan sanksi yang relevan terhadap Rusia.

Lebih dari 4.452 warga sipil telah tewas di Ukraina sejak Rusia melancarkan perang terhadap Ukraina pada 24 Februari. Lebih dari 14 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, termasuk lebih dari 7,5 juta yang telah melarikan diri ke negara lain, menurut data PBB. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement