Ahad 19 Jun 2022 21:15 WIB

Studi FIFA Tunjukkan Rashford dan Bukayo Saka Paling Banyak Jadi Incaran Serangan Rasialis

Sebagai pemain kulit hitam, keduanya kerap jadi sasaran fans Inggris.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Reaksi pemain Manchester United Marcus Rashford.
Foto: (EPA-EFE/TIM KEETON)
Reaksi pemain Manchester United Marcus Rashford.

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Studi FIFA tentang pelecehan rasialisme di media sosial selama Euro 2020 dan Piala Afrika tahun ini, mengungkapkan hampir setengah dari pemain yang mencapai sefiminal di setiap kompetisi menjadi sasaran. Masalah Inggris dengan penyalahgunaan media sosial menjadi sorotan setelah kekalahan dari Italia di final Euro 2020. 

Jadon Sancho, Marcus Rashford, dan Bukayo Saka, menjadi sasaran serangan rasialisme setelah gagal jadi eksekutor penalti. Pada Euro 2020, 76 persen serangan rasialisme menargetkan pemain kulit hitam. Lebih dari 38 persen serangan rasialisme yang terjadi saat final dan semifinal Euro 2020 berasal dari Inggris. 

Baca Juga

Rashford dan Saka merupakan dua pemain yang menjadi target serangan rasialisme paling sering, dimana sebagian besar dari mereka akun yang berada dari Inggris.  Adapun platform yang paling sering digunakam untuk melakukan serangan rasialisme adalah Twitter dan Instagram. 

''Tugas kami adalah melindungi sepak bola, dan itu diawali dengan membuat pemain lebih bahagia dan kebahagiaan kepada kita semua dengan mengeksploitasi permainan di lapangan,'' kata Presiden FIFA Gianni Infantino, dikutip dari 90min, Ahad (19/6).

Namun Infantino menyayangkan tren serangan kepada pemain, pelatih dan ofisial pertandingan di media sosial semakin meningkat. Padahal, ia menegaskan, tidak ada tempat untuk diskriminasi di dunia sepak bola. Ia menyatakan semua pihak harus bicara lebih keras untuk mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah ini. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement