Senin 20 Jun 2022 08:47 WIB

BCA Salurkan Kredit Sektor Pariwisata Rp 14 Triliun pada April 2022

BCA menilai sektor pariwisata mulai memperlihat kondisi membaik lewat vaksinasi

Rep: Novita Intan / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bank BCA. PT Bank Central Asia Tbk menyalurkan kredit di sektor pariwisata sekitar Rp 14 triliun pada April 2022. Perusahaan melihat sektor pariwisata mulai membaik seiring dengan percepatan program vaksinasi dari pemerintah.
Foto: Republika/Friska
Bank BCA. PT Bank Central Asia Tbk menyalurkan kredit di sektor pariwisata sekitar Rp 14 triliun pada April 2022. Perusahaan melihat sektor pariwisata mulai membaik seiring dengan percepatan program vaksinasi dari pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk menyalurkan kredit di sektor pariwisata sekitar Rp 14 triliun pada April 2022. Perusahaan melihat sektor pariwisata mulai membaik seiring dengan percepatan program vaksinasi dari pemerintah.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, mengatakan seiring pemulihan ekonomi, penyaluran kredit di sektor pariwisata mulai terangkat.

"Kemudian didukung pelonggaran aktivitas masyarakat, mobilisasi yang bergerak menuju normal dan sejumlah pihak ikut mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19," ujarnya, Ahad (19/6/2022).

Di tengah tantangan pandemi Covid-19 dan proses pemulihan kondisi ekonomi, BCA berupaya mempertahankan tingkat pertumbuhan kredit yang sehat. Hal ini sejalan dengan permintaan pasar sekaligus menjaga kualitas kredit yang disalurkan.  

"Dalam melaksanakan upaya tersebut, BCA selalu berpegang pada prinsip kehati-hatian melalui penerapan manajemen risiko yang disiplin," ucapnya. 

Ke depan, perusahaan akan makin banyak bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mendorong pemulihan sektor pariwisata. Maka begitu, sektor ini bisa berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. 

Perusahaan menargetkan pertumbuhan kredit kisaran enam persen sampai delapan persen pada tahun ini. Hal ini mempertimbangkan mobilitas masyarakat yang diharapkan bisa kembali normal, suku bunga dan likuiditas yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement