Jumat 24 Jun 2022 09:44 WIB

Negara Balkan Kritik Uni Eropa karena Lambat Memproses Keanggotaan

Serbia, Albania, dan Makedonia Utara menanti proses keanggotaan Uni Eropa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Kanselir Jerman Olaf Scholz, kiri, berbicara dengan Ketua Kepresidenan Bosnia dan Herzegovina Sefik Dzaferovic selama pertemuan bilateral di sela-sela KTT Uni Eropa di Brussels, Kamis, 23 Juni 2022. Para pemimpin Uni Eropa diperkirakan akan menyetujui pada Kamis a Proposal untuk memberikan Ukraina status kandidat UE, langkah pertama dalam perjalanan panjang menuju keanggotaan. Proses perluasan yang terhenti untuk memasukkan negara-negara Balkan Barat ke dalam blok itu juga menjadi agenda mereka di KTT di Brussels.
Foto: AP Photo/Geert Vanden Wijngaert, Pool
Kanselir Jerman Olaf Scholz, kiri, berbicara dengan Ketua Kepresidenan Bosnia dan Herzegovina Sefik Dzaferovic selama pertemuan bilateral di sela-sela KTT Uni Eropa di Brussels, Kamis, 23 Juni 2022. Para pemimpin Uni Eropa diperkirakan akan menyetujui pada Kamis a Proposal untuk memberikan Ukraina status kandidat UE, langkah pertama dalam perjalanan panjang menuju keanggotaan. Proses perluasan yang terhenti untuk memasukkan negara-negara Balkan Barat ke dalam blok itu juga menjadi agenda mereka di KTT di Brussels.

REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Para pemimpin tiga negara Balkan Barat yaitu Serbia, Albania, dan Makedonia Utara pada Kamis (23/6/2022) mengkritik Uni Eropa karena bergerak lambat dalam proses keanggotaan mereka. Dalam konferensi pers setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa-Balkan Barat di Brussels, Presiden Serbia, Aleksandar Vucic bersumpah akan mengerahkan segala upaya agar keanggotaan tiga negara Balkan Barat segera diproses.

Serbia mendukung gagasan komunitas politik Eropa yang diajukan oleh Presiden Prancis Emanuel Macron. Vucic mengatakan, dia berada di bawah tekanan atas perang Ukraina. Serbia sejauh ini menahan diri untuk tidak bergabung dengan negara-negara regional lainnya dalam memberikan sanksi kepada Moskow atas perang di Ukraina.

Baca Juga

“Sejak awal serangan Rusia di Ukraina, 2.629 artikel telah diterbitkan di media Eropa yang mengatakan bahwa Serbia membahayakan seluruh wilayah Balkan Barat, membahayakan kedaulatan Bosnia dan Herzegovina dan 'yang disebut Kosovo.' Saya di sini untuk membenarkan posisi kami," ujar Vucic, dilansir Anadolu Agency, Jumat (24/6/2022).

Serbia saat ini terlibat dalam negosiasi aksesi dengan Uni Eropa, meskipun pembicaraan dengan Makedonia Utara dan Albania telah ditunda sejak 2020. Perdana Menteri Albania, Edi Rama menyatakan kekecewaannya atas sikap Uni Eropa terhadap integrasi kawasan ke dalam blok tersebut.

"Makedonia Utara telah menunggu selama 17 tahun untuk memulai pembicaraan keanggotaan Uni Eropa, dan Albania menunggu selama delapan tahun," kata Rama.

Pada akhir 2020, Bulgaria tidak menyetujui kerangka negosiasi Uni Eropa untuk Makedonia Utara. Bulgaria tidak dapat mendukung dimulainya negosiasi aksesi Uni Eropa yang telah lama tertunda dengan Makedonia Utara karena perselisihan mengenai sejarah dan bahasa.

“Satu negara memaksakan kehendaknya sendiri, dan 26 negara lainnya tidak bisa berbuat apa-apa. Ada banyak tuduhan bahwa (Presiden Rusia Vladimir) Putin melakukan kejahatan, tetapi saya tidak bisa mengatakan bahwa rumah ini terlihat sehat di sini,” ujar Rama.

Rama mengatakan, Uni Eropa harus memahami batasan Serbia. Menurut Rama, Uni Eropa tidak pantas menuntut Serbia untuk mematuhi semua sanksi yang telah dijatuhkan Uni Eropa terhadap Rusia.

“Bertentangan dengan semua harapan, Serbia telah mendukung resolusi Barat tiga kali, dan bahkan memilih untuk mengeluarkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Serbia tidak dalam posisi untuk menerima semua sanksi terhadap Rusia begitu cepat karena hal itu dapat berdampak," kata Rama.

Perdana Menteri Makedonia Utara, Dimitar Kovacevski, mengatakan, perluasan Uni Eropa ke Balkan Barat harus dilihat sebagai investasi dalam keamanan blok itu. Khususnya dalam konteks perang Rusia-Ukraina.

“Apa yang terjadi sekarang adalah masalah serius dan pukulan serius bagi kredibilitas Uni Eropa. Makedonia Utara dan Albania tidak dapat tetap terjebak dalam situasi ini karena satu negara menolak untuk berkoordinasi dan membuka jalur Eropa kepada kami,” ujar Kovacevski.

Kovacevski mengatakan, Makedonia Utara akan mencari jaminan dari Bulgaria dan Uni Eropa, termasuk meminta blok tersebut untuk memenuhi janji yang ada sebelum membuat yang baru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement