Sabtu 25 Jun 2022 17:54 WIB

Saking Indahnya, Banyak Noni Belanda Mandi Telanjang di Sungai Batavia

Jakarta dulu dijuluki Venezia dari Timur karena banyaknya kanal-kanal yang dibangun Belanda.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Sungai di Batavia. Batavia dijuluki Venezia dari Timur karena banyak kanal-kanal yang dibangun pemerintah Hindia Belanda seperti di Kota Venezia, Italia.
Sungai di Batavia. Batavia dijuluki Venezia dari Timur karena banyak kanal-kanal yang dibangun pemerintah Hindia Belanda seperti di Kota Venezia, Italia.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Banjir bukan masalah baru bagi warga Jakarta. Bahkan ada yang menyesalkan kenapa gubernur jenderal JP Coen saat mendirikan Batavia tidak di daerah lebih tinggi. Namun banjir di tempo doeloe tidak separah sekarang. Ketika itu sungai lebar-lebar dan di kiri kanannya tidak dipenuhi rumah. Airnya jernih meskipun kecoklatan dan belum tercemar limbah.

Penduduk membakar sampah setiap sore. Kebiasaan ini disebut nabun atau membakar tabunan. Karena sungai-sungai juga berfungsi sebagai tempat MCK (mandi, cuci dan kakus), tidak ada yang membuang sampah ke sungai. Untuk menjaga kebersihan lingkungan, anak-anak dilarang membuang kotoran sembarangan.

BACA JUGA: Cara Bikin NGL Link Instagram yang Viral Kirim Pesan Rahasia di IG Stories

Kala itu jumlah sungai lebih banyak dari sekarang. Sungai-sungai kecil mengalir di kampung-kampung. Anak-anak suka menangkap ikan julung-julung dan pala timah. Sesudah hujan turun, mereka mandi di kali, yang disebut ngobak. Lompat-lompatan sambil menciprat-cipratkan air.

Saat banjir, sering banyak ikan mabuk, mengambang dan orang-orang rebutan menangguknya. Sekarang, bukan hanya ikan, kecebong juga emoh hidup di sungai.

BACA JUGA: Berapa Berat Emas Monas, Apakah Jika Dijual Bisa Buat Bayar Utang Negara?

Rumah penduduk saat itu terbuat dari bambu dan kayu. Ada juga yang terbuat dari batu, disebut rumah gedongan, tapi tidak banyak. Mereka yang penghasilannya lumayan bisa memiliki rumah setengah batu dan setengah kayu. Pagarnya terbuat dari bambu. Tidak ada pagar yang tinggi seperti sekarang, hingga antar tetangga masih bisa saling kenal.

Seringkali di halaman rumah tumbuh pohon seri, saga, kingkit, dan tanaman obat-obatan yang kini disebut apotik hidup. Kala itu, mereka yang sakit diare atau malaria biasanya minum obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan.

BACA JUGA: Siapa Pemilik Holywings? Restoran yang Lecehkan Nabi Muhammad dengan Sebotol Minuman Beralkohol

Maklum dokter masih sedikit. Kalau anak-anak sakit seperti badannya panas biasanya ke dukun sembur. Segelas air putih setelah dibacakan doa oleh orang yang dituakan atau kyai kemudian diminumkan pada si anak.


Suasana kampung yang masih hijau royo-royo kini sudah sangat jarang terdapat. Akibat lebih dari 60 persen uang beredar di Jakarta, kota ini jadi kepadetan penduduk untuk mengadu nasib.

Kini banyak kampung lama yang mengalami perubahan, bahkan ada yang sudah tidak ada. Menjadi hutan beton, berupa pusat perdagangan, kantor, dan perumahan modern. Namun, pertumbuhan pemukiman makin tidak teratur.

BACA JUGA: Gak Pakai Ribet! Download Video dari YouTube Pakai MP3 Juice

Saluran air banyak yang tidak bekerja. Pohon banyak yang ditebang. Sementara masyarakat makin tidak peduli terhadap keindahan kotanya. ”Jakarta sekarang kurang indah, dibandingkan tempo doeloe ketika bernama Betawi,” kata Yahya Andi Saputra, seniman dan budayawan Betawi.

Masih cerita tentang sungai, dulu di Jakarta banyak terdapat eretan. Eretan adalah prasarana angkutan penyeberangan sungai di Jakarta tempo doeloe. Sarana angkutan ini berupa getek terbuat dari satu atau dua lapis deretan bambu-bambu bulat panjang.

BACA JUGA: YTMP3 Converter, Cara Mudah dan Cepat Download dan Ubah Video Youtube Jadi MP3 dan MP4

Gagasan membuat eretan didorong oleh kebutuhan masyarakat akan angkutan penyeberangan kala itu, terutama mereka yang sering bepergian dengan menyeberangi sungai. Kala itu, sungai-sungai yang mengalir di Jakarta arusnya masih cukup deras, jarak kedua tepiannya masih lebar dan sungainya cukup dalam.

Karena menyangkut kebutuhan masyarakat, eretan kala itu bisa dijadikan kegiatan usaha yang mendatangkan keuntungan bagi para pemiliknya. Usaha eretan tidak mengenal istirahat, karena selalu dibutuhkan masyarakat dalam bepergian, baik di hari kerja maupun libur.


Sampai akhir 1950-an, antara Kelurahan Kwitang dengan kampung Kalipasir di kelurahan Gondangdia masih dihubungkan dengan eretan. Tempat-tempat penyeberangan tidak pernah sepi dari para pengguna jasa angkutan ini, baik siang maupun malam. Tarif penyeberangan cukup murah, sekitar sepicis atau 10 sen per orang.

Setelah tahun 1960-an, eretan yang menghubungkan Kwitang-Kalipasir sudah tidak ada lagi dengan dibangunnya jembatan. Tapi sampai sekarang, Gang Eretan di Kalipasir masih sering diucapkan orang Betawi yang tinggal di kedua kampung yang dipisahkan sungai Ciliwung.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Apa Persamaan Sakit Gigi dan Orang Hamil? Sama-sama Telat Dicabut

Orang Betawi di abad ke-16 sampai abad ke-19 banyak berprosesi menjadi tukang prau. Tidak kurang banyaknya yang jadi tukang binatu (penatu), mencuci pakaian di tepi-tepi sungai.

Saking banyaknya sungai di Jakarta, apalagi Belanda membangun banyak kanal atau terusan, Batavia pernah dijuluki sebagai ‘Venesia’ dari Timur. Venesia adalah sebuah kota di Italia yang dikelilingi sungai-sungai. Kota ini banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, untuk menikmati keindahannya dengan berperahu.

BACA JUGA: Muhammadiyah Ungkapkan 14 Pokok Ajaran LDII yang Pernah Ditetapkan Sebagai Aliran Sesat

Pemerintah Hindia Belanda di zaman VOC konon pernah mengeluarkan larangan agar para wanita istri mereka tidak mandi di sungai atau kanal tanpa busana. Karena mengundang protes, terutama dari kalangan pribumi.

Kini banyak sungai kecil dan kanal sudah menghilang dari Jakarta. Seperti nama Cililitan di Jakarta Timur. Nama Cililitan diambil dari salah satu anak sungai Cipinang. Sekarang anak sungai itu sudah tidak ada lagi. Kata ‘ci’ dalam bahasa Sunda berarti kali atau sungai. ‘Lilitan’ adalah nama sejenis tanaman perdu.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement