Senin 27 Jun 2022 12:06 WIB

Jumlah Lumba-Lumba di Sungai Lisbon Meningkat

Kehadiran lumba-lumba itu menjadi pertanda membaiknya polusi di Lisbon.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Seekor anak lumba-lumba berenang di dekat perahu di muara Sungai Tagus di Lisbon, Jumat, 24 Juni 2022. Mulai Senin, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan Konferensi Kelautan selama lima hari di Lisbon dengan harapan dapat membawa momentum segar bagi upaya untuk menemukan internasional kesepakatan untuk melindungi lautan dunia.
Foto: AP Photo/Armando Franca
Seekor anak lumba-lumba berenang di dekat perahu di muara Sungai Tagus di Lisbon, Jumat, 24 Juni 2022. Mulai Senin, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan Konferensi Kelautan selama lima hari di Lisbon dengan harapan dapat membawa momentum segar bagi upaya untuk menemukan internasional kesepakatan untuk melindungi lautan dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Jumlah lumba-lumba yang berenang dari Atlantik ke muara Sungai Tagus di Lisbon, Portugal, telah meningkat secara signifikan belakangan ini karena polusi telah menurun. Keberadaan mereka menjadi pertanda baik dan siap menyambut hangat delegasi pertemuan Perserikatan Bngsa-Bangsa (PBB).

"Dalam 10 tahun terakhir, dengan perbaikan air, kami mulai melihat satwa liar lebih sering,” kata pelaut dan pemandu lokal Bernardo Queiroz.

Baca Juga

"Dulu kami melihat (lumba-lumba) 10 kali setahun dan sekarang kami punya (mereka) 200 hari setahun,” katanya.

Queiroz mengatur perjalanan untuk melihat lumba-lumba hidung botol dan lumba-lumba biasa di sungai terpanjang di Portugal itu. Bisnis wisatanya  bertujuan untuk menciptakan kesadaran tentang pentingnya dan manfaat pelestarian alam.

Pejabat senior dan ilmuwan dari lebih dari 120 negara akan menghadiri Konferensi Kelautan PBB selama lima hari di Lisbon mulai Senin (27/6/2022). PBB berharap bahwa konferensi akan membawa momentum baru bagi upaya berlarut-larut untuk menemukan kesepakatan internasional tentang melindungi lautan dunia.

Hingga kini belum ada kerangka hukum yang komprehensif yang mencakup laut lepas. Padahal lutan menutupi sekitar 70 persen permukaan bumi dan menyediakan makanan dan mata pencaharian bagi miliaran orang. Beberapa aktivis menyebut wilayah perairan sebagai daerah tidak diatur terbesar di planet ini.

PBB pun menyatakan, lautan menghadapi ancaman parah dari pemanasan global, polusi, pengasaman dan masalah lainnya. Konferensi tersebut akan mengadopsi sebuah deklarasi yang tidak mengikat para penandatangannya, dapat membantu mengimplementasikan dan memfasilitasi perlindungan dan konservasi lautan dan sumber dayanya. Deklarasi tersebut akan disahkan pada Jumat (1/7/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement