Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cekpoin

Cicit Pahlawan Nasional dr Moewardi Lanjutkan Sang Leluhur di Bidang Kesehatan

Eduaksi | Tuesday, 28 Jun 2022, 15:05 WIB

Berprofesi sebagai dokter merupakan satu di antara pilihan favorit anak-anak dan orang tua. Namun proses untuk menuju impian tersebut tidaklah gampang. Meski demikian tidak sedikit dari mereka yang menjadi dokter pun turun dari profesi orang tua, kakek, bahkan generasi sebelum itu. Hal ini terjadi pada drg. Norman, anak motor yang juga berprofesi sebagai dokter gigi di Jakarta.

drg. RM Norman Tri Kusumo Indroketurunan dr. Moewardi

Drg. RM Norman Tri Kusumo Indro

sering dipanggil “dokter gembel” oleh rekan-rekan seprofesinya. Panggilan itu bukan menunjukkan bahwa dokter gigi yang hobinya motor klasik ini gembel, melainkan karena ia adalah cicit dari pahlawan nasional dr.Moewardi yang berasal dari Solo. Selain dipanggil “Gembel” hal yang melekat lainnya pada drg. Norman dari sang leluhur adalah kesukaannya terhadap kegiatan bakti sosial kepada masyarakat.

Hal itu disadari oleh drg. Norman ketika pandemi COVID-19 melanda negeri ini. Saat itu dirinya bertugas memberikan pelayanan kepada pasien BPJS yang berobat di RSUD Pesanggrahan. Mengingat kondisi pelayanan tidak seperti biasa alias ada pembatasan untuk bertatap muka, pasien BPJS yang sering ditangani oleh drg. Norman merasa sulit untuk berobat. Lantas dari kondisi seperti itu cicit dr. Moewardi ini mengalihkannya ke klinik praktek perseorangan untuk bisa menjawab keresahan tersebut.

drg. Norman saat menjadi penanggung jawab Vaksin

Dokter gigi lulusan program Mastership (bertemakan Laser in Dentistry) yang satu kampus dengan Presiden BJ Habibie di Jerman ini kemudian membuat penyetaraan tarif spesialistik yang meliputi tindakan spesialis periodonsia (misal splinting gigi, kuretase hingga perawatan laser dental) agar terjangkau untuk masyarakat pengguna BPJS.

Upaya penyesuaian tarif ini ia buat agar kesehatan gigi dan mulut dapat dijangkau oleh semua lapisan, termasuk sebagai upaya drg. Norman agar ilmu yang ia dapat di Kampus RWTH Aachen dapat diaplikasikan di tanah kelahirannya. Selain itu,Dokman (Sapaan akrab drg. Norman di kalangan anak motor) juga berpraktik di Klinik Getdentist, Gandaria, Jakarta Selatan.

Dokman pun sedikit menjelaskan kepada Kami bahwa penggunaan laser dalam bidang kedokteran gigi masih menjadi hal yang tabu di masyarakat Indonesia.

“Laser dalam kedokteran gigi pun masih merupakan hal yang tabu di kalangan masyarakat, hal ini karena masih merupakan hal yang asing dan terlihat mahal. Oleh karena itu ,permasalahannya masyarakat menjadi lebih takut ke dokter gigi karena animo phobia yang mahal. Semoga dengan hadirnya getdentist klinik dapat menjadikan klinik yang bermanfaat bagi semua.” ungkap drg. Norman.

Gummy Smile

Dalam kesempatan yang sama rekan dari Dokman yakni drg. Riko Parlindungan, Sp. perio. memberikan edukasi untuk mengenali gejala Gummy Smile. Permasalahan ini ia sampaikan karena Gummy Smile merupakan satu masalah estetika yang sering ditemukan di tengah masyarakat. Untuk mengenalinya cukup gampang yakni apabila saat Sobat Cekpoin tersenyum lebar dan gusi terlihat mendominasi dari biasanya maka itu adalah Gummy Smile.

Ilustrasi Gummy Smile

Gusi dengan masalah seperti ini biasanya terekspose lebih dari 3-4 mm saat tersenyum lebar. Meski tidak berbahaya dan bukan termasuk sebuah penyakit namun tidak sedikit masyarakat yang mengeluhkan kondisi ini, karena dianggap mengganggu estetika.

“Adapun indikasi penyebab Gummy Smile ini adalah panjang bibir yang terlalu pendek, aktivitas bibir yang hiperaktif, dan mahkota gigi klinis yang pendek. Untuk penanganannya perlu dilakukan pemeriksaan yang komprehensif, bahkan pada kasus berat diperlukan kerja sama antara ahli bedah mulut, orthodonsia,dan periodonsia.” ungkap drg. Riko yang praktek di Klinik Utama Getdentist Jakarta.

Tren Reposisi Bibir

Berbicara masalah kesehatan gigi dan mulut tidak selalu dilihat dari sisi medis melainkan dapat juga dijadikan sebagai tren yang akan mendongkrak penampilan. Hal seperti ini banyak ditemukan oleh drg. Riko salah satunya reposisi bibir yang digandrungi oleh kaum hawa. Pasiennya pun mulai dari kalangan artis hingga selebgram.

Reposisi bibir ini dilakukan untuk mencegah otot-otot elevator yang terletak di area bibir dan hidung yang mengangkat bibir atas terlalu tinggi dari gigi. Bahkan menurut tinjauan ilmiah pada tahun 1997 dari Journal of Indian Society of Periodontology, pasien yang menjalani prosedur ini masih senang dengan hasilnya selama dua tahu pasca operasi. Untuk banyak kasus, hasil reposisi ini permanen tapi tetap sewaktu-waktu bisa kambuh.

“Gummy Smile ini meskipun terkesan tidak berbahaya namun untuk tindakan koreksi estetikanya harus dilakukan oleh tenaga medis profesional. Tujuannya adalah agar sebisa mungkin menghindari terjadinya human error.” tutup drg. Riko. ##

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image