Jumat 01 Jul 2022 05:05 WIB

BEI Dinilai Lebih Resilience Didukung Fundametal Ekonomi Domestik

BEI resilience karena didukung neraca dagang surplus dalam beberapa tahun terakhir

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja membersihkan podium berlatar belakang layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai memiliki ketahanan yang lebih baik (resilience) terhadap bursa luar. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak terlalu terpengaruh pergerakan bursa utama Wall Street.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Pekerja membersihkan podium berlatar belakang layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai memiliki ketahanan yang lebih baik (resilience) terhadap bursa luar. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak terlalu terpengaruh pergerakan bursa utama Wall Street.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai memiliki ketahanan yang lebih baik (resilience) terhadap bursa luar. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak terlalu terpengaruh pergerakan bursa utama Wall Street. 

"Meski bursa AS sangat terguncang karena pengaruh inflasi yang tinggi, kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia untuk menjaga ekonomi tetap stabil mampu membuat investor di dalam negeri tetap optimistis," kata analis riset BNI Sekuritas, Maxi Liesyaputra, Kamis (30/6). 

Maxi menjelaskan, bursa global saat ini dipengaruhi kondisi dunia yang sedang dihadapkan pada inflasi tinggi. Inflasi dipicu oleh perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan rantai pasok terganggu. Inflasi juga dipicu oleh meredanya covid sehingga permintaan mulai naik. 

Pada Mei, inflasi AS berada di level 8,4 persen yang merupakan angka tertinggi sejak 40 tahun terakhir. Kenaikan inflasi ini membuat bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga. Bank sentral AS the Fed belum lama ini menaikkin suku bunga sebesar 75 bps menjadi dikisaran 1,5 hingga 1,75 persen. 

Meski demikian, Indonesia masih tetap mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen. Hal ini menunjukkan Bank Indonesia masih optimistis terhadap perkembangan ekonomi dalam negeri.

Ketahanan BEI juga didukung Neraca dagang yang terjaga surplus dalam beberapa tahun terakhir. Pada Mei 2022, surplus neraca dagang tercatat mencapai 2,9 miliar dolar AS. Sedangkan pada April surplus neraca dagang menyentuh angka tertinggi 7,9 miliar dolar AS. 

Inflasi juga terjaga stabil yaitu berada di posisi 3,55 persen YoY pada Mei lalu atau masih sesuai dengan target BI. BNI Sekuritas sendiri memperkirakan inflasi akan bergerak direntang 3,42-3,98 persen sampai akhir tahun. Sementara pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan naik menjadi 4,8-5,1 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement