Sabtu 02 Jul 2022 11:25 WIB

Yenny Wahid Beberkan Komunis dan LGBT Paling tak Disuka di Indonesia

Menurut Yenny, jika Rektor Hadi Prabowo menyebut ajaran wahabi tidak boleh masuk IPDN maka sudah pas.

Rep: Erik PP/ Red: Partner
.
Foto: network /Erik PP
.

Direktur Eksekutif Wahid Foundation Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid.

JAKARTA -- Direktur Eksekutif Wahid Foundation Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid membagikan 10 kelompok yang paling tidak disukai masyarakat Indonesia. Yenny merujuk hasil penelitian yang dilakukan Wahid Foundation. Dia membagi penelitian itu sebanyak dua kelompok, karena dilakukan penelitian pada tahun berbeda.

"Untuk mengukur intoloresansi kita ukur dulu 10 kelompok orang yang paling tidak disukai, lalu attitude masyarakat terhadap orang yang tidak disukai tersebut. Siapa saja mereka ternyata hasil kelompok tidak disukai pertama adalah LGBT," kata Yenni dalam stadium general IPDN di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dalam siaran di Youtube dikutip di Jakarta, Sabtu (2/7/2022).

Yenny pun membagikan survei yang dihelat pada Maret-April 2016. Hasilnya LGBT menjadi kelompok yang paling tidak disukai masyarakat Indonesia dengan 26,1 persen. Posisi kedua komunis 16,7 persen, Yahudi 10,6 persen, Kristen 2,2 persen, Syiah 1,3 persen, dan Cina 0,4 persen. Adapun hasil survei pada Oktober 2017 menempatkan, komunis sebagai kelompok yang paling tidak disukai dengan 21,9 persen. Disusul LGBT 17,8 persen, Yahudi 7,1 persen, Kristen 3,0 persen, ateis 2,5 persen, dan Syiah 1,2 persen.

"Ada 10 kelompok teratas, namun ada yang lainnya namun jumlahnya terlalu kecil tidak kita masukkan ke dlaam 10 teratas," ucap Yenny. Menurut dia, jika Rektor Hadi Prabowo menyebut ajaran wahabi tidak boleh masuk IPDN maka sudah pas. Pasalnya, wahabi masuk ke dalam kelompok yang diwaspadai," kata Yenny.

Dia juga menyinggung tentang kelompok antiasing dan antiaseng. Faktanya, dari survei tersebut kelompok yang tidak suka dengan Tionghoa hanya 0,7 persen. "Survei ini diambil pertama sebelum Pemilihan Gubernur DKI yang melibatkan Pak Ahok sebagai salah satu partisipan. Waktu itu kami mengantisipasi 'wah 2017 naik nih hasil surveinya nih'. Ternyata memang naik, tapi kecil sekali 0,7 persen. Kalau dalam statistik itu tidak signifikan," kata Yenny.

Advertisement