Ahad 03 Jul 2022 14:54 WIB

Menkes: 19 Ribu Kasus per Hari Saat Puncak Penularan BA.4 dan BA.5

Budi meminta masyarakat untuk tidak panik menghadapi puncak penularan BA.4 dan BA.5

Rep: Febryan A/ Red: Muhammad Fakhruddin
Menkes: 19 Ribu Kasus per Hari Saat Puncak Penularan BA.4 dan BA.5 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Menkes: 19 Ribu Kasus per Hari Saat Puncak Penularan BA.4 dan BA.5 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, puncak penularan virus Corona subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada akhir Juli ini. Saat masa puncak itu, per hari akan ada 19 ribu orang yang terinfeksi. 

"Puncaknya kira-kira akan tercapai 18-19 ribu kasus baru per hari. Sekarang kan masih 2.000 kasus per hari," kata Budi kepada wartawan di Jakarta, Ahad (3/7). 

Baca Juga

Budi menjelaskan, prediksi jumlah kasus dan perkiraan masa puncak itu mengacu pada fenomena penularan BA.4 dan BA.5 yang sudah mencapai masa puncak di Afrika Selatan, Portugal, dan Australia. Di negara tersebut, jumlah kasus pada masa puncak BA.4 dan BA.5 sekitar 30 persen dibanding jumlah kasus pada puncak penularan varian Omicron. 

"Indonesia kan 58 ribu sebelumnya (saat puncak Omicron). Puncak BA.4 dan BA.5 ya 30 persennya lah. Puncaknya kemungkinan di bawah 20 ribu kasus per hari," ujar Budi. 

Sedangkan waktu masa puncak, kata Budi, terjadi di tiga negara tersebut sekitar 28 sampai 34 hari usai kasus pertama BA.4 dan BA.5 ditemukan. Adapun di Indonesia, kasus pertama ditemukan setelah Lebaran. Dengan begitu, masa puncaknya diprediksi terjadi pada "pekan kedua atau ketiga Juli". 

Kendati akan segera memasuki masa puncak penularan, Budi mengaku cukup tenang menghadapinya. Sebab, puncak kasusnya hanya 30 persen dari puncak kasus Omicron. Selain itu, hanya sedikit pasien terinfeksi BA.4 dan BA.5 yang butuh perawatan dan berujung dengan kematian. 

"Saya agak tenang (karena pasien BA.4 dan BA.5) yang masuk ke rumah sakit, yang dikasih ventilator, yang masuk ICU, dan yang meninggal dunia jauh lebih rendah dibandingkan Omicron sebelumnya," ungkapnya. 

Karena itu, Budi meminta masyarakat untuk tidak panik menghadapi puncak penularan BA.4 dan BA.5 ini. Tapi, masyarakat harus tetap waspada. 

"Kita jangan panik. Kita hadapi kenaikan ini dengan tetap waspada. Kalau kita lihat di negara lain, seharusnya kita masih bisa memanajemen puncak kasusnya, masyarakat masih aman," ujarnya. 

Budi pun berpesan kepada masyarakat agar segera mendapatkan suntik vaksin penguat alias booster. Dia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin menggunakan masker di dalam ruangan dan di luar ruangan yang ramai orang. 

Untuk diketahui, pemerintah telah mendeteksi 8 kasus subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia. Tiga di antaranya merupakan kasus dari luar negeri atau imported cases dan lima lainnya merupakan kasus transmisi lokal, di mana empat kasus ditemukan di Jakarta dan satu kasus di Bali. 

Menkes menyampaikan, dari delapan orang yang tertular BA.4 dan BA.5, hanya satu orang yang bergejala sedang dan belum booster. Sedangkan, tujuh lainnya sudah booster dan tanpa gejala atau gejala ringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement