Senin 04 Jul 2022 23:00 WIB

Dari Underground hingga 40 Kali Minum Air dari Kaki Orang Tua

Menangis tiap bersujud. Menegadahkan tangan mohon ampunan. Dia menyesali apa yang telah dilakukannya.

Rep: yayan/ Red: Partner
.
Foto: network /yayan
.

Surga di telapak kaki ibu.

ruzka.republika.co.id - Dunia adalah surga baginya. Seisinya sudah ditelan. Kehidupan underground diselami. Barang-barang haram jadi sahabatnya.

Itu dulu. Ketika remaja. Masa jahiliyah. Fase pencarian jati diri. Masih labil. Akrab dengan bersenang-senang. Tiga kali berurusan dengan hukum. Dengan kasus berbeda.

Hari ini, jangan tanyakan itu pada Mohamad Hasan. Dia telah menguburnya dalam-dalam. Menjauh dari kehidupan kelam. Dia telah mengubah warna hidupnya.

"Semua orang punya masa lalu. Hitam atau putih. Terpenting bagaimana perbaiki diri ke depan," kata Hasan.

Ayah tiga anak ini telah berubah 180 derajat. Tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada proses dan waktu. Teramat panjang dan berliku.

Sejak lulus SMA tahun 1988, pria paruh baya ini, masih suka keluyuran. Tak tahu arah kehidupan. Nongkrong dari satu tempat ke tempat bebeda. Rutin hingga 1995.

Lama-lama dia bosan nongkrong sana-sini. Hasan merasa seperti butiran debu. Hidupnya tak berarti. Orang tua di lingkungannya tinggal, meminta anak mereka menjauh dari Hasan.

Pada 5 Mei 1995 menjadi titik balik. Hasan duduk terpaku di pagi hari. Tiba-tiba air mata tumpah. Basahi pipinya. Dia menangis. Sejuta penyesalan terkuak.

Hasan seperti mendapat hidayah. Dia sadar akan dosa-dosanya. Dia bertekad menebusnya. Caranya: mendekatkan diri pada Allah. Menjauhi larangan dan menjalankan perintahNya.

Sejak itu, dia mengambil air wudhu. Hingga hari ini tak pernah putus sholat lima waktu. Dia juga rajin tahajud dan puasa senin-kamis.

Menangis tiap bersujud. Menegadahkan tangan mohon ampunan. Dia menyesali apa yang telah dilakukannya.

Menariknya. Hasan selama dua tahun beruntun membersihkan telapak kaki kedua orang tuanya. Lalu meminum airnya.

Mungkin jarang orang melakukan itu. Sekalipun mampu boleh jadi bisa dihitung dengan jari. Bahkan ada juga tidak pernah melakukannya sama sekali.

Islam menganjurkan umatnya untuk lebih berbakti kepada ibu, sebab derajatnya tiga kali lebih tinggi daripada ayah.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda:

"Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).”

"Seingat saya, 40 kali saya lakukan itu. Tiap bulan sekali atau dua kali. Selama dua tahun. Ibu dan bapak saya menangis mendapat perlakukan dari saya," kenangnya.

Hasan ingin menunjukkan bukti berbakti kepada kedua orang tuanya. Sebagai Muslim dia tahu bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW pun menegaskan untuk berbakti pertama kali kepada ibu baru ayah.

Bahkan anjuran berbakti kepada ibu sampai disebutkan tiga kali, baru kemudian ayah.

Dari sana, Hasan merasakan kebesaran Allah pada dirinya yang sebelumnya tak sedikit pun diketahuinya.

"Sungguh kebesaran Allah luar biasa. Saya seperti mendapat hidayah. Saya merasakan pengalaman empiris yang luar biasa. Sulit saya ungkapkan dengan kata," ujarnya.

Pertemuannya dengan Ahmad Heryawan (sebelum menjadi Gubernur Jawa Barat) setidaknya juga mengubah warna kehidupannya.

Diakui Aher- begitu sapaan sang gubernur- acap memberinya ilmu keagamaan. Hasan tak ragu untuk belajar mengaji dan bahasa Arab.

Tak berhenti sampai disitu. Anak betawi ini tak henti mencari guru. Belajar mengaji dan beribadah. Dia juga belajar spritual dan lainnya.

Ibrahim seorang marbot masjid juga termasuk berjasa. Ibrahim dan istrinya memberi warna berbeda pada dirinya.

"Kerjaan saya hanya zikir tiap malam. Mengaji di musolah atau majelis tazlim," kata Hasan.

Dia sebenarnya risih dipanggil ustazd. Hasan merasa ilmunya hanya seujung kuku. Tapi, dia tak punya alasan melarang orang memanggilnya ustazd.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Demikian kata Alquran di QS. Ar-Ra'd Ayat 11.* (Yayan)

Advertisement