Selasa 05 Jul 2022 23:30 WIB

Presiden Filipina Ingin Hubungan dengan China Bukan Hanya Konflik LCS

Menlu China akan mengunjungi Filipina.

Red: Nidia Zuraya
 Presiden Filipina Ferdinand Marcos.
Foto: AP/Aaron Favila
Presiden Filipina Ferdinand Marcos.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada Selasa (5/7/2022) menegaskan, ia menginginkan hubungan dengan Beijing lebih dari sekadar sengketa Laut China Selatan (LCS) dan menekankan perlunya keterlibatan multilateral dalam menangani konflik.

"Kita memiliki hubungan tidak hanya pada satu dimensi," kata Marcos pada konferensi pers menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Selasa (5/7/2022).

Baca Juga

Kunjungan Wang Yi ke Filipina termasuk bagian dari tur di Asia Tenggara.Marcos mengatakan akan mencoba menemukan cara bekerja untuk menyelesaikan konflik di antara kedua negara sehingga hubungan menjadi normal setelah bertahun-tahun atau perselisihan maritim, dengan ruang untuk memperluas kerja sama ke bidang baru, termasuk pertukaran militer.

Marcos memiliki sikap yang rumit dalam menyeimbangkan hubungan bisnis dengan China sambil mempertahankan hubungan dekat dengan sekutu pertahanannya, Amerika Serikat. AS merupakan bekas kekuatan kolonial yang masih memegang kekuasaan di Filipina.

Pemimpin baru Filipina itu telah menyatakan niat untuk meningkatkan hubungan dengan China tetapi juga berjanji berdiri teguh melawan setiap ancaman yang ditimbulkan Beijing terhadap kepentingan kedaulatan Filipina. Selama kampanye pemilihannya, Marcos mengatakan akan melakukan pendekatan bilateral ke China dalam menangani konflik LCS.

Dia juga menyebutkan perlunya keterlibatan multilateral, termasuk agar Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) aktif bagi negara-negara anggotanya.Marcos mengatakan para pemimpin Asia-Pasifik adalah aktor penting dalam geopolitik regional karena mereka adalah pemangku kepentingan dalam hal ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement