Jumat 08 Jul 2022 10:17 WIB

Presiden Zelenskyy Ungkap Kesedihan Atas Mundurnya PM Johnson

Rakyat Ukraina sangat bersyukur atas dukungan Johnson sejak invasi Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky PM Inggris Boris Johnson bertemu di Kiev, Ukraina, Sabtu 9 April 2022. Kunjungan Johnson adalah bentuk dukungan bagi Ukraina setelah serangan misil Rusia membunuh banyak orang di jalur stasiun di Ukraina bagian timur.
Foto: EPA-EFE/UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky PM Inggris Boris Johnson bertemu di Kiev, Ukraina, Sabtu 9 April 2022. Kunjungan Johnson adalah bentuk dukungan bagi Ukraina setelah serangan misil Rusia membunuh banyak orang di jalur stasiun di Ukraina bagian timur.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (7/7/2022) menelepon Boris Johnson dan mengungkapkan kesedihannya atas pengunduran diri pemimpin Inggris itu. Zelenskyy mengatakan, rakyat Ukraina sangat bersyukur atas dukungan Johnson sejak invasi Rusia.

“Kami semua menyambut berita ini dengan sedih. Bukan hanya saya, tetapi juga semua masyarakat Ukraina yang sangat bersimpati dengan Anda,” kata Zelenskyy, dilansir Alarabiya, Jumat (8/7/2022).

Baca Juga

Johnson merupakan salah satu pemimpin yang sangat vokal dalam mendukung Ukraina. Inggris juga memasok persenjataan dan peralatan militer bagi Ukraina untuk melawan Rusia.

“Kami tidak ragu bahwa dukungan Inggris Raya akan terus berlanjut, tetapi kepemimpinan pribadi Anda dan karisma Anda membuatnya istimewa,” kata Zelenskyy.

Dalam panggilan telepon itu, kedua pemimpin juga membahas kerja sama militer dan politik antara kedua negara. Termasuk negosiasi yang dirancang untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina. 

Johnson pada Kamis mengundurkan diri sebagai perdana menteri Inggris, mengikuti seruan dari rekan-rekan menteri dan anggota parlemen di Partai Konservatif. "Proses pemilihan pemimpin baru harus dimulai sekarang," kata Johnson.

"Dan hari ini saya telah menunjuk sebuah kabinet untuk menjalankan tugas sampai pemimpin baru menjabat," katanya menambahkan.

Sebelumnya, Johnson bersikeras untuk tetap memegang kekuasaan usai empat orang menteri papan atas mengundurkan diri. Sementara jaksa agung menyatakan harapannya agar Johnson mundur dan mengakui bahwa ia juga menginginkan jabatan PM Inggris.

Lebih dari 50 orang menteri telah mengundurkan diri dalam kurang dari 48 jam. Mereka mengatakan bahwa Johnson tidak layak untuk memimpin usai dilanda sejumlah skandal, sementara puluhan politisi di Partai Konservatif melakukan pemberontakan secara terbuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement