Jumat 08 Jul 2022 21:40 WIB

Kremlin Klaim Banyak Mitra G20 tak Setuju Rusia Diisolasi  

Isolasi sebagai respons langkah Rusia menyerang Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Pagar dan penjaga keamanan menghentikan pengunjung yang mendekati stadion Stamford Bridge Chelsea, tidak digambarkan, di pintu masuk, di London, tindakan yang diberlakukan pada hari-hari non-pertandingan karena sanksi pemerintah Inggris terhadap pemilik miliarder klub Rusia Roman Abramovich, Senin, 18 April 2022.
Foto: AP/Matt Dunham
Pagar dan penjaga keamanan menghentikan pengunjung yang mendekati stadion Stamford Bridge Chelsea, tidak digambarkan, di pintu masuk, di London, tindakan yang diberlakukan pada hari-hari non-pertandingan karena sanksi pemerintah Inggris terhadap pemilik miliarder klub Rusia Roman Abramovich, Senin, 18 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia mengatakan, banyak mitra Rusia dalam pertemuan G20 di Bali mengisyaratkan penolakan atas langkah mengisolasi Moskow. Isolasi dalam konteks ini diinisiasi Barat dalam merespons langkah Rusia menyerang Ukraina.

"Ada penilaian yang bijaksana tentang penyebab objektif dari guncangan ekonomi yang bersifat multifaktorial, termasuk inflasi yang dipicu oleh Barat di tengah pandemi virus korona, destabilisasi rantai pasokan lintas batas, dan eskalasi situasi geopolitik. Banyak mitra memberikan sinyal yang jelas bahwa tidak dapat diterima untuk mengisolasi Rusia dan bahwa sanksi sepihak memiliki konsekuensi negatif," kata Kemenlu Rusia setelah Menlu Rusia Sergey Lavrov menghadiri pertemuan menlu negara anggota G20 di Bali, Jumat (8/7/2022), dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Kemenlu Rusia mengungkapkan, sebagai bagian dari kepresidenan Indonesia di G20 saat ini, perhatian khusus pada jalur diplomatik diberikan pada dua masalah utama. Dua hal itu yakni penguatan kerja sama multilateral antar-negara dan respons bersama terhadap tantangan di bidang ketahanan pangan serta energi.

Rusia menilai, terlepas dari konfrontasi yang dipicu oleh Barat, secara umum, penekanan ditempatkan pada kebutuhan untuk mencari "penyebut yang sama" dalam memecahkan masalah sosial dan ekonomi ditekankan.

"Pidato Lavrov menguraikan pendekatan dasar untuk membangun kerja sama antar-negara dengan pijakan yang setara dan berdasarkan Piagam PBB serta hukum internasional, penggunaan potensi G20 secara efektif sebagai forum sosial dan ekonomi yang representatif. Mengingat interpretasi Barat yang menyimpang dari peristiwa di Ukraina, penyebab krisis di negara ini setelah kudeta 2014, yang terjadi dengan intervensi langsung Amerika Serikat dan Uni Eropa, dijelaskan secara rinci,” kata Kemenlu Rusia.

Rusia menegaskan kesiapannya memberikan kontribusi signifikan guna memastikan akses ke sumber daya makanan dan energi. “Diversifikasi pasar yang sedang berlangsung untuk produk bahan bakar dan energi, rencana untuk meningkatkan pasokan gandum diuraikan. Kontak intensif diadakan di tingkat bilateral: Pertemuan terpisah menteri (luar negeri Rusia) dengan rekan-rekan dari Asia, Afrika, dan Latin Amerika diadakan. Pertemuan tingkat menteri menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju KTT G20 di Bali pada 15-16 November," ungkap Kemenlu Rusia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement