Sabtu 09 Jul 2022 22:32 WIB

Dosen Pulang Kampung IPB Ajarkan Inovasi Batang Pisang

Batang pisang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai jualnya.

Red: Irwan Kelana
Dr Siti Nikmatin (berdiri), melakukan peninjauan proses pemintalan serat batang pisang kering menjadi tali untuk bahan kerajinan tangan.
Foto: Dok IPB University
Dr Siti Nikmatin (berdiri), melakukan peninjauan proses pemintalan serat batang pisang kering menjadi tali untuk bahan kerajinan tangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO --  Tim Dosen IPB University yang diketuai Dr Siti Nikmatin mengunjungi Desa Sidorejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur untuk meninjau kemajuan kegiatan pengabdian masyarakat Dosen Pulang Kampung (Dospulkam), pada pada awal Juli lalu. Kegiatan yang diawali sejak Mei 2022 lalu kini terus berkembang dan mulai menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang siap dikomersialkan.

“Desa Sidorejo yang kaya akan hasil alam menghasilkan beragam produk pertanian, salah satunya adalah pisang. Pohon pisang dapat dimanfaatkan hampir semua bagiannya yaitu buah, daun, batang hingga bunga/jantungnya. Namun, budidaya pisang belum berdampak besar pada kesejahteraan kelompok tani sehingga selama ini hanya dijadikan sebagai kegiatan sampingan saja,” terang Dr Siti Nikmatin seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (9/7/2022).

Tim dari Departemen Fisika IPB University yang beranggotakan Dr Siti Nikmatin, Abd Djamil Husin, MSi dan Rima Fitria Adiati, MT ini membawakan solusi berbasis material maju yaitu teknik pengolahan batang pisang menjadi multi filamen benang. Dengan pengolahan yang tepat, batang pisang yang biasanya menjadi limbah dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai jualnya.

Kegiatan diawali dengan mengolah batang pisang menjadi dua varian bahan baku industri kreatif yaitu filamen benang tenun dan benang pilin (tali) insitu pewarnaan serta fumigasi sederhana. Kini terus berkembang dan mulai menghasilkan karya inovatif kerajinan tangan yang siap dikomersialisasi.

“Benang dari batang pisang memiliki kekuatan tarik dan mulur serta sifat optik yang dapat digunakan sebagai substitusi benang sintetis. Proses pembuatan yang sederhana dapat diterapkan ke kelompok tani hingga dihasilkan produk terapan,” ujar Dr Siti Nikmatin.

Dikatakannya, sebelumnya timnya telah memberikan pelatihan tahapan-tahapan produksi serat batang pisang, mulai dari proses produksi dengan fibrilasi mekanik menggunakan teknik scraping (pengikisan) yang dilanjutkan dengan pencucian dan pengeringan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, benang yang dihasilkan dapat diberikan pewarnaan dengan bahan alami dengan metode water retting  atau perendaman. Kemudian dirajut menjadi benang pilin multifilamen dan siap untuk dijual atau dipasarkan ke pihak ketiga (pengepul). Selain dijual dalam bentuk serat, benang multifilamen juga diproduksi lebih lanjut menjadi produk industri kreatif.

Pengolahan batang pisang ini dikelola bersama oleh kelompok tani “Karya Tani” dan telah menghasilkan produk industri kreatif berupa accessories building contohnya alas lantai, keranjang, taplak meja, dan aneka pajangan lainnya.

“Selain itu, filamen yang halus dapat dirajut menjadi kain tenun dengan harga jual yang tinggi. Pengerjaan kerajinan tangan ini memberdayakan masyarakat Desa Sidorejo, terutama untuk usia produktif dan pra-lansia” tutur Dr Siti Nikmatin.

Sri Murtianingrum, lurah Desa Sidorejo mengungkapkan bahwa komoditas utama di Desa Sidorejo adalah padi dan bawang merah. Sementara pisang sebagai tanaman yang tidak membutuhkan perawatan khusus dan mudah dikembangbiakkan, ditanam untuk mendukung kebutuhan masyarakat dan memanfaatkan lahan. Jika selama ini limbah batang pisang dijual dalam bentuk mentah, kini dapat dibuat menjadi produk yang lebih bernilai jual.

Dengan fokus utama di aspek seni namun tetap fungsional, diyakini produk hasil masyarakat Desa Sidorejo dapat memiliki pangsa pasar tersendiri dan nilai ekonomi tinggi. Untuk saat ini, penjualan produk dilakukan oleh mitra perusahaan yaitu PT Interstisi Material Maju yang beralamat di Bogor.  “Ke depannya, kelompok tani akan dibina untuk dapat memasarkan produknya sendiri di berbagai jenis pasar dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro,” pungkas Dr Siti.

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro turut memberikan dukungan penuh dalam kegiatan IPB University yang terintegrasi dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Pihaknya akan membantu dalam promosi serta market sebagai produk unggulan daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement