Harga Cabai di Solo Masih Stabil Tinggi

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq

Pedagang memilah cabai dagangannya di Pasar Legi, Solo, Jawa Tengah.
Pedagang memilah cabai dagangannya di Pasar Legi, Solo, Jawa Tengah. | Foto: Antara/Mohammad Ayudha

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Harga komoditas cabai di Solo, Jawa Tengah, pada Rabu (13/7/2022) terpantau masih tinggi. Cabai rawit merah stabil bertengger di harga tinggi tembus 100 ribu per kilogramnya. Kondisi tersebut mempengaruhi keuntungan para pelaku usaha kuliner.

Izal Muttaqin, salah satu pelaku usaha kuliner di Banjarsari, Banyuanyar, Kota Solo mengatakan, harga cabai rawit merah masih mahal. Per kgnya dibandrol dengan harga Rp 82 ribu. Ia mengatakan kenaikan harga sudah terjadi sejak Idul Fitri lalu dan belum mengalami penurunan.

“Harga cabai rawit merah stabil, tapi stabil mahal. Sejak lebaran Idul Fitri harga cabai tidak mengalami penurunan, masih stabil di harga yang tinggi,” katanya pada Rabu (13/7/2022).

Izal mengatakan usahanya biasanya menghabiskan cabai setidaknya 10 kg per harinya. Namun, ia mengatakan tidak ada kendala terkait stok cabai. “Stoknya si melimpah, tapi anehnya harganya tinggi,” katanya.

Diungkapkan harga cabai yang tinggi pengaruhi margin kotor pada keuntungan. Setidaknya, sejak Mei-Juni keuntungan menurun sekitar sepuluh persen.  

“Harga cabai yang tinggi pengaruhi marjin keuntungan. Intinya mempengaruhi keuntungan dari pendapatan yang dihasilkan setiap bulannya, sehingga keuntungannya menipis,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan kenaikan harga tidak hanya pada cabai rawit merah. Sayur mayur juga mengalami kenaikan signifikan di akhir Juni. Seperti, harga tomat naik Rp 9.000 per kgnya, kubis naik Rp 2.000, dan terong naik Rp 2.000 per kg.

“Misalnya, tomat dari Rp 7.000 jadi Rp 15 ribu, kubis dari Rp 9.000 jadi Rp 11 ribu, dan terong dari Rp 8.000 jadi Rp 10 ribu,” ungkapnya.

Namun, Izal mengungkapkan bahwa cabai dan sayur mayur yang diambil adalah harga bakul, bukan harga eceran di pasar. Pasalnya, ia mengatakan sudah ada yang mengirimkan stoknya ke sini.

“Ini harga partai besar yang diambil, karena sudah langganan juga dan ada yang mengantarkannya sampai di sini. Tentunya harganya akan beda dengan harga eceran di pasar” ungkapnya.

Selanjutnya, Izal berharap agar harga cabai, sayur mayur, serta bahan pokok segera kembali normal. Pasalnya, sebagai pelaku usaha tidak bisa serta merta menaikkan harga.

“Harga pasar kan fluktuatif sekali sedangkan kami jualan kan dengan harga stabil. Kita tidak bisa tiba-tiba menaikkan harga karena dapat mempengaruhi daya beli pelanggan kami. Ya akhirnya, kami mau tidak mau mengikuti pasar dan menaikkan harga jual” kata dia.

Selain itu, Izal juga berharap agar pemerintah segera melakukan tindakan. Seperti melakukan cek harga yang ada di pasaran.

“Harapannya pemerintah segera melihat pasar, sidak atau apa misalnya ada permainan harga agar segera ditindak dan harga segera kembali normal,” ungkapnya

Senada dengan itu, Asih salah satu penjual warteg di kantin Balai Kota Solo, mengeluhkan mahalnya harga cabai. Menurutnya naiknya harga cabai sudah berlangsung lama. “Harga tinggi itu sudah lama,” katanya ketika ditemui.

Ia menyiasati kenaikan harga cabai dengan mengganti bahan sambel yang biasa digunakan. Dari yang biasanya memakai rawit merah sebagai sambel diganti menggunakan cabai keriting hijau.

“Jadinya kami tidak mau menyiasati membuat sambel dengan harga cabai ijo yang harga cabainya agak murah, kalau harga cabai yang merah kan Rp 100 ribu sedangkan cabai hijau cuma Rp 40 ribu,” katanya.

Kalau soal masakannya, Asih mengatakan dibuat rasanya tidak terlalu pedas. Pasalnya untuk menekan pengeluaran cabai dan bumbu lainnya yang mahal.

“Kalau dibuat mondho-mondho tidak terlalu pedas, soalnya untuk menekan uang belanja pasalnya bahan bakunya mahal,” katanya.

Ia mengatakan harga wortel sudah naik dua kali lipat dari semula. Sebelumnya wortel per kg nya cuma Rp 5.000 sekarang menjadi Rp 12 ribu per kg.  “Bahan bumbu naik semua sekarang harga bawang merah Rp 70 ribu per kg, sedangkan bawang merahnya Rp 36 ribu per kg,” ujar dia.

Namun, tidak semua harga bahan pokok naik. Menurut Asih harga beras yang masih stabil di Rp 10 ribu - Rp 12 ribu per kgnya mampu membantu menstabilkan dengan harga lainnya.

“Tapi saya lebih prihatin dengan para pekerja yang gajinya tetap namun harga-harga terus naik, apalagi kalau mereka sudah berkeluarga,” jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Polisi Ungkap Arisan Fiktif dengan Kerugian Rp 400 Juta

Kemenparekraf Siapkan Solo Masuk Jaringan Kota Kreatif UNESCO

Gibran: Perusahaan BUMN Siap Sponsori ASEAN Para Games

Jokowi dan Kepala Negara KTT 20 Kenakan Pakaian Adat Baduy

270 Calhaj Kota Solo Siap Diberangkatkan ke Tanah Suci

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark