Ahad 17 Jul 2022 06:58 WIB

Bupati Kupang Ingatkan Warga Hemat Air Saat Musim Kemarau

Hal itu untuk antisipasi mengatasi kekurangan air bersih saat kemarau.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Seorang  warga eks Timor-Timur mengisi jeriken dengan air yang diambilnya dari sumur bor buatan TNI AD di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang, NTT Senin (11/7/2022). Bupati Kupang Korinus Masneno mengingatkan warga agar hemat dalam menggunakan air guna mengantisipasi terjadinya krisis air bersih pada puncak musim kemarau, Oktober 2022.
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
Seorang warga eks Timor-Timur mengisi jeriken dengan air yang diambilnya dari sumur bor buatan TNI AD di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang, NTT Senin (11/7/2022). Bupati Kupang Korinus Masneno mengingatkan warga agar hemat dalam menggunakan air guna mengantisipasi terjadinya krisis air bersih pada puncak musim kemarau, Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Bupati Kupang Korinus Masneno mengingatkan warga agar hemat dalam menggunakan air guna mengantisipasi terjadinya krisis air bersih pada puncak musim kemarau, Oktober 2022.

"Setiap tahun Kabupaten Kupang sering dilanda kekurangan air, terutama untuk kegiatan usaha pertanian. Namun, tentu mulai sekarang warga harus bisa menghemat dalam menggunakan air agar saat puncak musim kemarau persediaan air masih mencukupi," kata Bupati Kupang, Korinus Masneno.

Baca Juga

Korinus Masneno mengatakan hal itu terkait antisipasi pemerintah dalam mengatasi kekurangan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga maupun bagi usaha pertanian.

Ia menjelaskan, beberapa wilayah di kabupaten yang berbatasan dengan Oecusse, Timor Leste, itu masih terjadi hujan, terutama pada daerah-daerah pegunungan, seperti wilayah Amfoang, Fatuleu dan sebagian Amarasi, sehingga persediaan air baku masih ada. Ia mendorong masyarakat agar terus menjaga lingkungan alam pada daerah-daerah yang menjadi sumber air bagi kebutuhan usaha masyarakat.

"Kami berharap warga jangan membuka lahan pertanian dengan cara membakar, terutama bagi warga yang bermukim di sekitar kawasan hutan, karena bisa merusak lingkungan alam yang menjadi sumber air bagi masyarakat dalam usaha pertanian," kata Korinus Masneno.

Menurut dia, pada musim kemarau petani hendaknya menanam tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air sebagai langkah strategis dalam mengantisipasi kekurangan air, seperti lebih banyak menanam tanaman palawija. Korinus Masneno mengaku bersyukur selama dua tahun terakhir krisis air tidak terlalu berdampak luas karena pemerintah telah membangun Bendungan Raknamo serta embung pada daerah-daerah pertanian, sehingga kebutuhan air untuk usaha pertanian masih bisa terpenuhi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement