Ahad 17 Jul 2022 13:25 WIB

Biden Janji tidak akan Berpaling dari Timur Tengah

AS tidak akan meninggalkan kekosongan untuk diisi oleh Rusia, China, atau Iran.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Joe Biden mendengarkan saat dia bertemu dengan Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, Selasa, 12 Juli 2022.
Foto: AP/Susan Walsh
Presiden Joe Biden mendengarkan saat dia bertemu dengan Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador di Kantor Oval Gedung Putih di Washington, Selasa, 12 Juli 2022.

  • REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menyelesaikan kunjungan luar negeri di wilayah timur tengah dengan melakukan pertemuan dengan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dan sekutu di Riyadh pada Sabtu (16/7/2022). Dalam pertemuan Jeddah Security and Development Summit, dia mengatakan, tidak akan pergi dari Timur Tengah dan meninggalkan kekosongan untuk diisi oleh Rusia, China, atau Iran.

Biden menegaskan komitmen AS di depan Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA), ditambah Yordania, Mesir, dan Irak. "Kami tidak akan pergi dan meninggalkan kekosongan untuk diisi oleh China, Rusia atau Iran. Kami akan berusaha untuk membangun momen ini dengan kepemimpinan Amerika yang aktif dan berprinsip," katanya dikutip dari Aljazirah.

Presiden AS ini menyatakan negaranya telah membalik halaman setelah invasi Washington ke Irak dan Afghanistan. Meskipun pasukan AS hingga kini terus menargetkan kelompok-kelompok bersenjata di wilayah tersebut dan tetap ditempatkan di pangkalan-pangkalan di seluruh Timur Tengah.

Baca Juga

"Hari ini, saya bangga dapat mengatakan bahwa era perang darat di kawasan, perang yang melibatkan sejumlah besar pasukan Amerika, tidak sedang berlangsung,” kata Biden.

Biden juga menekan rekan-rekannya untuk memastikan hak asasi manusia, termasuk hak-hak perempuan dan mengizinkan warganya untuk berbicara secara terbuka. Negara-negara Timur Tengah perlu mengizinkan warga untuk mempertanyakan dan mengkritik para pemimpin tanpa takut akan pembalasan.

"Masa depan akan dimenangkan oleh negara-negara yang mengeluarkan potensi penuh dari populasi mereka,” katanya.

Sedangkan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan, mencapai stabilitas di kawasan Teluk sangat penting tidak hanya untuk kawasan, tetapi juga untuk komunitas internasional. "Kami menegaskan kembali posisi kami untuk menyelamatkan Teluk dan Timur Tengah dari bahaya persenjataan nuklir sambil mengakui hak negara-negara di kawasan itu untuk menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai sesuai dengan hukum internasional," katanya.

Emir juga mengatakan ketidakstabilan regional akan berlanjut selama Israel mempertahankan pendudukannya atas rakyat Palestina. Menurutnya, salah satu sumber ketidakstabilan yang paling penting akan tetap ada kecuali Israel menghentikan pelanggarannya terhadap hukum internasional. Pelanggan Israel tercermin dalam pembangunan permukiman dan mengubah karakter Yerusalem dan terus memaksakan pengepungan di Gaza.

"Tidak pantas bagi orang Arab untuk terus membuat proposal sementara peran Israel terbatas pada menolaknya dan meningkatkan keteguhannya," ujarnya.

Presiden AS bertemu secara individu dengan para pemimpin Irak, Mesir dan UEA pada Sabtu pagi. Sehari sebelumnya dia Raja Arab Saudi Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement