Senin 18 Jul 2022 19:59 WIB

Tiga Kasus Mutasi Subvarian B.2.75 Sudah Ditemukan di Indonesia

Tiga kasus mutasi subvarian Omicron B.2.75 Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Tiga kasus mutasi subvarian Omicron B.2.75 Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID.
Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal
Tiga kasus mutasi subvarian Omicron B.2.75 Indonesia sudah dilaporkan ke GISAID.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, mutasi subvarian baru yakni B.2.75 kini sudah ditemukan di Indonesia. Hingga kini, sudah ada tiga kasus yang sudah terjadi di Indonesia akibat subvarian ini.

Dari ketiga kasus itu, satu kasus merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) di Bali dan dua kasus lainnya datang dari WNI di DKI Jakarta yang merupakan anak dan ibu.

Baca Juga

"Sudah pekan lalu ditemukan tiga kasus subvarian B.2.75 dan sudah kami dilaporkan ke GISAID," kata Dante di Jakarta, Senin (18/7/2022).

GISAID diketahui merupakan institusi yang dibuat Pemerintah Jerman dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional untuk mempelajari data genetika virus termasuk mempelajari virus corona SARS-CoV. Dante meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan varian baru ini lantaran gejala dari subvarian ini tidak terlalu berat. Ia menjelaskan karakter subvarian BA.2.75 seperti varian Omicron pada awal tahun ini.

"Semua kasus sederhana. Tak terlalu berat, karena dari beberapa hal yang kita pelajari dari beberapa negara karakternya seperti omicron. Kegawatan tak terlalu besar, hospitality tak terlalu besar dan keparahannya tak terlalu besar," tutur Dante.

"Jadi jangan khawatir soal BA 275, karena karakternya hampir sama dengan BA 4, BA.5 dan BA.1, BA.2," sambungnya.

Sebelumnya Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan, varian yang juga dikenal dengan 'Centaurus' ini sangat mungkin sudah masuk ke Indonesia. "Sudah sangat mungkin sudah ada di Indonesia," kata Dicky kepada Republika.co.id.

Ia mengatakan, varian ini lebih mirip dengan subvarian Omicron BA.5. Namun, subvarian BA.2.75 ini lebih mudah menginfeksi tubuh dan berpotensi menurunkan efikasi antibodi. Dicky menambhakan, varian ini disebut menyerang infeksi atau gejala saluran nafas. Bahkan, varian ini disebut tidak terdeteksi dengan alat PCR maupun rapid test antigen di Swiss.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement