Rabu 20 Jul 2022 04:05 WIB

Bencana Mengintip Tanah Air

Masyarakat harus waspada terhadap berbagai kemungkinan terjadinya bencana alam.

Red: Joko Sadewo
Masyarakat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Foto ilustrasi kondisi jembatan yang terputus akibat banjir bandang di Kampung Dayeuh Handap, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022). Bayu Adji P.
Foto: Republika/Bayu Adji
Masyarakat harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Foto ilustrasi kondisi jembatan yang terputus akibat banjir bandang di Kampung Dayeuh Handap, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Ahad (17/7/2022). Bayu Adji P.

Oleh : Agus Yulianto, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Bencana hidrometeorologi kini tengah melanda sejumlah di Tanah Air. Bencana ini dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made disaster). Potret bencana itu, dapat kita saksikan pada saat ini, banjir, longsor, gempa bumi, kemarau dan lainnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun telah mengeluarkan prakiraan terkait kondisi cuaca di Indonesia. Meskipun saat ini telah memasuki musim kemarau, tapi curah hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, masih berpotensi mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia pada pekan depan.

Hal ini, menurut BMKG, disebabkan oleh masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan. Di antaranya, yaitu fenomena La Nina yang pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah.

Selain La Nina, fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Sementara itu, dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, yaitu; MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

Masih menurut BMKG, adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer.

Karenanya, meskipun saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun, karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut memicu terjadinya dinamika cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Wilayah Indonesia memang terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini, digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, maka akan menghasilkan kondisi tanah yang gembur dan subur.

Namun di sisi lain, kondisi tersebut dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia. Seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan.

Kondisi ini pun semakin diperparah seiring dengan berkembangnya aktivitas manusia. Maka, yang terjadi adalah kerusakan lingkungan hidup yang cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.

Teranyar, bencana hidrometeorologi itu di antaranya terjadi di Kabupaten Garut. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur daerah Priangan Jabar ini menyebabkan terjadinya banjir, sejak Jumat (15/7/2022).

Banjir dengan tinggi dua meteri itu, akibatnya Sungai Cimanuk yang melintas wilayah Tarogong Kidul meluap dan masuk ke permukiman warga. Dampaknya, ratusan rumah yang terendam air di dua desa yang terdampak banjir. Warga pun dilaporkan mengungsi. Bahkan, sejumlah warga lain juga ada yang dilaporkan masih terjebak banjir di dalam rumah.

Bupati Garut Rudy Gunawan bahkan menetapkan status darurat banjir di daerahnya. Bahkan, dia telah menginstruksikan sejumlah dinas terkait untuk melakukan penanganan berupa evakuasi para korban banjir. "Alhamdulillah tidak ada korban yang meninggal dunia, tapi tetap kita lakukan langkah-langkah penyelamatan," kata Rudy.

Semua pihak pun diminta tetap waspada karena hujan masih turun. Data BPBD Kabupaten Garut menyebutkan, wilayah terdampak banjir dan longsor bertambah menjadi 13 kecamatan. Di Provinsi Jawa Barat, bencana hidrometeorologi ini juga melanda Kabupaten Karawang, Kabupaten/Kota Bogor.

Tak hanya di Jabar, sejumlah daerah di Ibu Kota Negara, Jakarta pun kini tengah menghadapi bencana hidrometeorologi banjir. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut berada di tengah-tengah masyarakat korban banjir memberikan support.

Berdasarkan pernyataan Pemprov DKI sebelumnya, ada sekitar 92 RT di DKI yang terendam. Namun demikian, berbagai daerah yang dilanda banjir itu berangsur surut. Banjir yang melanda puluhan RT itu rerata dengan ketinggian 40 sentimeter hingga dua meter.

Banjir ibu kita ini, juga disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi mengguyur wilayah Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta pada Jumat (15/7/2022) petang. Debit air Kali Ciliwung meluap dan memicu banjir di sejumlah wilayah.

Tak hanya bencana banjir. Bahaya gempa dan gunung api erupsi, juga masih terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Secara geografis, Indonesia memang merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera; Jawa–Nusa Tenggara; Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.

Teranyar gempa bumi dengan magnitudo (M) 5,5 mengguncang Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur, pada Ahad sekitar pukul 16.13 WIB. Menurut informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episentrum gempa berada di 111 kilometer barat daya Pacitan, tepatnya di 9.14 derajat Lintang Selatan dan 110.83 derajat Bujur Timur, dengan kedalaman 10 kilometer. Belum didapat data terkait kerusakan yang ditimbulkan.

Sementara Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu mengeluarkan guguran lava sebanyak 43 kali selama sepekan terakhir.

Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).

Selain itu, guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area di sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro (sejauh maksimal tiga km) dan Sungai Gendol (sejauh lima km). Apabila, bila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

Ya, rentetan bencana yang terjadi akhir-akhir ini tentu harus menjadi kewaspadaan kita semua. Tidak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat pada umumnya. Hal ini, tentu saja guna meminimalisasi dampak buruk yang ditimbulkan dari bencana itu sendiri, semoga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement