Rabu 20 Jul 2022 09:13 WIB

Vladimir Putin Bertemu Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

Putin mengunjungi Iran untuk melakukan pertemuan trilateral dengan Turki.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Dalam gambar yang dirilis oleh situs resmi kantor pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin saling menyapa selama pertemuan mereka di Teheran, Iran, Selasa, 19 Juli 2022.
Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP
Dalam gambar yang dirilis oleh situs resmi kantor pemimpin tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin saling menyapa selama pertemuan mereka di Teheran, Iran, Selasa, 19 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Selasa (19/7/2022). Sebelumnya Putin sudah terlebih dulu bertemu Presiden Iran Ebrahim Raisi.

Ajudan Vladimir Putin, Yury Ushakov, mengungkapkan, pertemuan Putin dengan Ali Khamenei sangat penting. “Ini akan menjadi pertemuan kelima antara presiden (Putin) dan pemimpin tertinggi (Iran),” kata Ushakov menjelang keberangkatan Putin ke Teheran, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Menurut Ushakov, Putin dan Khamenei telah membangun hubungan dekat. “Percakapan antara presiden (Putin) dan pemimpin spiritual (Iran), sebagai aturan berbasis konsep, mereka benar-benar bebas bertukar pandangan dengan cakupan luas dari semua masalah utama dan analisis situasi umum di dunia. Posisi kita dekat atau sama dalam sebagian besar masalah," ucapnya.

Putin mengunjungi Iran untuk melakukan pertemuan trilateral dengan Ebrahim Raisi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Di sela-sela kegiatan tersebut, masing-masing dari mereka akan turut menggelar pembicaraan bilateral.

Dalam pertemuan trilateral, Putin, Raisi, dan Erdogan akan membahas sejumlah isu, termasuk terkait Suriah dan konflik Ukraina. Saat melakukan diskusi bilateral dengan Erdogan, Putin disebut akan membahas tentang pembentukan koridor ekspor gandum via Laut Hitam. Isu itu sudah sempat dibahas Putin dan Erdogan dalam percakapan telepon pada 11 Juli lalu.

Barat menyalahkan Rusia atas krisis pangan global saat ini, terutama terkait menyusutnya pasokan gandum. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, sempat menyatakan, Moskow bisa dianggap melakukan kejahatan perang karena memblokade ekspor gandum dari Ukraina.

“Orang tidak dapat membayangkan bahwa jutaan ton gandum tetap diblokir di Ukraina, sementara di seluruh dunia orang-orang menderita kelaparan. Ini adalah kejahatan perang yang nyata,” kata Borrell dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, 20 Juni lalu.

Sementara itu, Vladimir Putin telah menyampaikan, negaranya siap mendukung kelancaran ekspor gandum dari pelabuhan Ukraina yang kini berada di bawah kendali pasukan Rusia. Menurut Putin, saat ini negara-negara Barat berusaha menutupi kesalahan kebijakan mereka sendiri dengan menyalahkan Rusia atas masalah di pasar pangan global. Dia menilai, masalah tersebut akan memburuk karena sanksi Inggris dan Amerika Serikat terhadap pupuk Rusia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement