Kamis 21 Jul 2022 03:50 WIB

Indef Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Sebesar 5,5 Persen

Pertumbuhan ini didorong oleh momentum libur Lebaran.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Calon penumpang memasukkan barang bawaan ke bagasi bus di Terminal Bus Kalideres, Jakarta, saat momen mudik pada Kamis (7/7/2022). Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 bisa mencapai 5,5 persen secara year on year (yoy).
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Calon penumpang memasukkan barang bawaan ke bagasi bus di Terminal Bus Kalideres, Jakarta, saat momen mudik pada Kamis (7/7/2022). Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 bisa mencapai 5,5 persen secara year on year (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 bisa mencapai 5,5 persen secara year on year (yoy).

Eko mengatakan, pertumbuhan ini didorong oleh momentum libur lebaran yang membuat mobilitas masyarakat relatif meningkat. Ditambah, aktivitas mudik yang membuat pergerakan transportasi meningkat signifikan.

Baca Juga

"Pergerakan orang dan transportasi selama kuartal II relatif meningkat dan menuju normal, dibanding kuartal II tahun lalu," ujar Eko, Rabu (20/7/2022).

Apabila pertumbuhan ekonomi kuartal II mencapai angka itu, lanjut dia, akan muncul optimisme perekonomian yang berpengaruh terhadap kurs rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks keyakinan konsumen dan indeks tendensi bisnis. "Pengaruhnya ke optimisme perekonomian," ujar Eko.

Namun, ia tidak memungkiri kedepan tetap akan ada risiko ekonomi dari peningkatan angka inflasi. Hal ini bisa berasal dari inflasi komponen bergejolak, inflasi inti serta inflasi harga-harga yang diatur oleh pemerintah.

Selain itu, tambah dia, nilai tukar rupiah ke depan masih akan menghadapi tekanan seiring agresivitas kenaikan suku bunga oleh The Fed. Lalu, risiko resesi global juga dapat menurunkan permintaan ekspor.

"Meskipun Indonesia kemungkinan tidak akan mengalami resesi di tahun ini," ujar Eko.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II di kisaran 4,8 hingga 5,3 persen (yoy) yang didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, investasi, hingga ekspor dan impor.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement