Kamis 21 Jul 2022 21:08 WIB

Ini Upaya Pemprov Jateng Kendalikan Harga Delapan Komoditas Pokok Strategis

Ada delapan jenis komoditas bahan pokok strategis yang mengalami fluktuasi

Rep: bowo pribadi/ Red: Hiru Muhammad
Penjual berbagai kebutuhan dapur tengah melayani pembeli di Pasar Babadan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/7). Kenaikan harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, bawang merah dan bawang putih terus dikeluhkan masyarakat.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Penjual berbagai kebutuhan dapur tengah melayani pembeli di Pasar Babadan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/7). Kenaikan harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, bawang merah dan bawang putih terus dikeluhkan masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat di Jawa Tengah dipusingkan dengan fluktuasi maupun kenaikan harga berbagai jenis komoditas bahan pokok strategis yang ada di pasaran.

Setidaknya ada delapan jenis komoditas bahan pokok strategis yang mengalami fluktuasi serta kenaikan harga, seperti cabai, bawang merah, beras, telur, gula, minyak, jagung serta daging sapi.

Baca Juga

Langkah- langkah guna menjaga daya beli masyarakat pun telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dalam menyikapi persoalan ini. “Yakni dengan melakukan intervensi pasokan, dalam rangka menstabilkan harga pangan pokok strategis,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/7/2022).

Ia menjelaskan, selain melalui operasi pasar, Pemprov Jawa Tengah juga melakukan fasilitasi distribusi guna memotong rantai pasokan yang terlalu panjang di pasaran.

Melalui mekanisme ini, petani produsen komoditas pokok strategis tetap mendapat harga yang bagus, pada saat yang sama konsumen juga tidak ‘tercekik’ oleh harga komoditas pokok strategis yang mahal.

Fasilitasi distribusi, dilakukan untuk delapan komoditas pangan pokok strategis. Selain cabai dan bawang merah yang harganya naik drastis, upaya ini juga diterapkan untuk beras, telur, gula, minyak, jagung serta daging sapi. “Total fasilitasi distribusi yang telah dilakukan oleh Pemprov Jawa Tengah sudah mencapai 1.308.596 kilogram,” jelas Dyah dalam keterangannya.

Delapan komoditas pangan pokok strategis ini, jelasnya, telah disalurkan pada beberapa kota yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan, di antaranya Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung dan juga untuk peternak ayam di Kabupaten Kendal.

Secara rinci, fasilitasi distribusi oleh Pemprov Jawa Tengah dilakukan dengan skema memberikan subsidi terkait proses transportasi, bongkar muat dan packing (pengemasan).

Dengan upaya ini, petani tidak akan dirugikan kaena hasil produksi mereka dibeli dengan harga yang tetap menguntungkan, karena pembelian tersebut disesuaikan dengan harga yang berlaku di pasaran.

Di lain pihak, konsumen juga tidak dicekik harga terlalu mahal dalam mengakses kebutuhan pkok strategis tersebut. “Karena biaya distribusi telah terpangkas oleh subsidi yang diberikan,” tambahnya.

Di luar upaya yang kini sudah dilakukan, masih lanjut Dyah, Dishanpan Provinsi Jawa Tengah juga melakukan kerjasama dengan PD Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) selaku BUMD, untuk menyalurkan produk pangan strategis kepada konsumen, melalui fasilitasi distribusi.

Dengan hadirnya CMJT diharapkan akan mampu memotong rantai distribusi yang terlalu panjang. “Ini akan terus kami lakukan. Sumber anggaran kami selain dari APBD juga dari pusat dalam hal ini Badan Pangan Nasional (Bapanas),” tambahnya.

Selain fasilitasi distribusi dishanpan juga terus melakukan operasi pasar. Terakhir operasi pasar yang dilakukan bekerjasama dengan Bank Jateng dan PD CMJT. “Total ada 85.000 kilogram komoditas berupa cabai, bawang merah dan jagung yang intervensi pembeliannya oleh Pemprov Jawa Tengah,” tegas Dyah.

Hal ini ni dilakukan untuk stabilisasi pasokan supaya harga bisa turun, karena sekarang harganya sudah melebihi acuan Pemerintah. Subsidi yang bekerjasama dengan Bank Jateng dan CMJT dilaksanakan di lima titik yang menjadi pantauan barometer inflasi, di Kota Semarang, Cilacap, Banyumas, Kota Tegal dan Kota Surakarta. “Dengan mekanisme itu, pemerintah bisa memengaruhi psikologis pasar agar tidak ada tengkulak yang mempermainkan harga,” tegasnya.

Terpisah, Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan Dishanpan Provinsi Jawa Tengah, Sri Broto Rini mengatakan, kenaikan beberapa pangan pokok strategis disebabkan karena anomali cuaca.

Hal ini mengakibatkan produksi sentra penghasil pangan pokok tidak maksimal. Selain itu sebagai daerah penyangga pangan nasional, produksi Jawa Tengah juga menyuplai untuk kebutuhan daerah lain. “Sebenarnya produksi kita surplus, namun sekitar 50 persen beredar ke daerah lain, seperti Jakarta, Padang, Riau dan Lampung,” jelasnya.

Berdasarkan data Dishanpan Provinsi Jawa Tengah, masih kata Rini, ketersediaan pangan pokok strategis di Jawa tengah memang berlimpah.

Seperti beras yang ketersediaannya mencapai 6.395.305 ton sementara kebutuhannya 4.556.070 ton, bawang merah tersedia 282.116 ton sedangkan kebutuhannya 178.962 ton. Begitu pula ketersediaan cabai besar yang mencapai 185.343 ton dan cabai rawit 207.120 ton.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement