Jumat 22 Jul 2022 07:09 WIB

Swedia Bersiap Hadapi Gelombang Panas

Suhu di Swedia diperkirakan akan mencapai hingga 35 derajat celcius.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Seorang wanita minum air di tengah terik matahari (ilustrasi). Institut Meteorologi dan Hidrologi Swedia memperingatkan, gelombang panas yang memecahkan rekor di Eropa akan bergerak ke utara menuju Swedia.
Foto: EPA-EFE/J.J. GUILLEN
Seorang wanita minum air di tengah terik matahari (ilustrasi). Institut Meteorologi dan Hidrologi Swedia memperingatkan, gelombang panas yang memecahkan rekor di Eropa akan bergerak ke utara menuju Swedia.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Institut Meteorologi dan Hidrologi Swedia memperingatkan, gelombang panas yang memecahkan rekor di Eropa akan bergerak ke utara menuju Swedia. Suhu yang sangat tinggi diperkirakan melanda seluruh Swedia pada pekan ini. 

Institut Meteorologi dan Hidrologi memperkirakan suhu di Swedia akan mencapai hingga 35 derajat celcius dalam beberapa hari mendatang. Departemen meteorologi mengatakan, kekurangan air dan risiko kebakaran hutan akan sangat tinggi.

Baca Juga

Pihak berwenang merekomendasikan agar warga tetap terhidrasi untuk mengalahkan panas. Termasuk menyarankan mandi air dingin, dan menggunakan pakaian longgar. Direktur Pelaksana Iklim dan Keberlanjutan di Marsh McLennan dan anggota Komite Perubahan Iklim Inggris,

Swenja Surminski, mengatakan, gelombang panas yang muncul sesuai dengan proyeksi model iklim.

"Perubahan iklim membuat gelombang panas lebih mungkin terjadi dan lebih parah," ujar Surminski, dilansir Anadolu Agency, Jumat (22/7/2022).

Surminski mengatakan, pemerintah perlu mulai membangun infrastruktur yang tahan terhadap suhu tinggi. Sementara operator infrastruktur perlu memiliki rencana untuk mempersiapkan dan menanggapi suhu ekstrem, yang akan menjadi lebih sering di masa depan.

Kepala Penelitian Dampak Iklim di Kantor Met Inggris dan Ketua Dampak Iklim di Universitas Exeter, Profesor Richard Betts, mengatakan, perubahan iklim disebabkan oleh memancarnya karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer yang berlangsung secara berkelanjutan, sehingga iklim global akan terus memanas. Menurut Betts, hal ini akan membuat gelombang panas lebih parah dan lebih sering terjadi.

"Untuk menghentikan pemanasan iklim global dan menghentikan gelombang panas, kita harus benar-benar berhenti menempatkan lebih banyak gas rumah kaca di atmosfer," kata Betts.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement