Jumat 22 Jul 2022 12:01 WIB

Petani Suriah Hadapi Panen Gandum yang Memburuk

Musim pertanian kembali memburuk setelah panen yang rendah pada 2021.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Petani gandum di wilayah timur laut Suriah menghadapi musim panen yang buruk. Cuaca buruk ditambah kekurangan bahan bakar dan melonjaknya harga pupuk menjadi pukulan bagi petani gandum.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Petani gandum di wilayah timur laut Suriah menghadapi musim panen yang buruk. Cuaca buruk ditambah kekurangan bahan bakar dan melonjaknya harga pupuk menjadi pukulan bagi petani gandum.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Petani gandum di wilayah timur laut Suriah menghadapi musim panen yang buruk. Cuaca buruk ditambah kekurangan bahan bakar dan melonjaknya harga pupuk menjadi pukulan bagi petani gandum.

Seorang petani, Mohamed Hussein, mengatakan, dia menanam sekitar seperlima dari area yang biasanya dia tanam musim ini. Dia mengalami kesulitan karena kenaikan harga pupuk global akibat dari konflik Rusia-Ukraina.

Baca Juga

"Kami menderita kekurangan solar, pupuk juga mahal," ujar Hussein. 

Wilayah timur laut Suriah sangat penting untuk produksi biji-bijian. Tetapi pihak berwenang yang dipimpin Kurdi, yang mengendalikan daerah itu, tidak mengharapkan panen tahun ini untuk memenuhi kebutuhan wilayah mereka. Termasuk mengizinkan pengiriman pasokan ke wilayah lain Suriah.

Ini menambah gambaran suram untuk produksi gandum Suriah yang telah merosot sejak perang meletus pada 2011, dan memicu kekhawatiran atas keamanan pangan di negara tersebut. Koordinator Tetap PBB dan Koordinator Kemanusiaan di Suriah, Imran Riza,  mengatakan kepada Reuters, indikasi awal menunjukkan musim pertanian kembali memburuk setelah panen yang rendah pada 2021. Serupa dengan musim lalu, dia mengatakan, panen telah dilanda musim kemarau berkepanjangan. Tanaman juga dipengaruhi oleh anomali cuaca, termasuk embun beku dan kenaikan suhu yang tajam.

"Biaya makanan telah meningkat secara dramatis, produksi dan pasokan telah rendah dan indikasi untuk panen berikutnya sangat mengkhawatirkan. Kami sangat prihatin dengan situasi ketahanan pangan secara keseluruhan," ujar Riza.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, produksi biji-bijian Suriah turun dari rata-rata tahunan 4,1 juta ton sebelum krisis, menjadi sekitar 1,05 juta ton pada 2021. Sementara produksi pada 2020 adalah 2,8 juta ton.

Sementara impor gandum dari Rusia, telah menutup beberapa kesenjangan. Sejak perang dimulai, Suriah mengalami kerawanan pangan akut. Program Pangan Dunia mengatakan, 12,4 juta warga Suriah, atau hampir 70 persen orang mengalami kerawanan pangan.

Seorang pejabat senior yang mengawasi pembangunan pertanian di pemerintahan yang dipimpin Kurdi, Nabila Mohamed, mengatakan, tahun ini sebanyak 379.000 ton gandum telah dipanen. Dia mengatakan, hasil yang diharapkan adalah 450 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan daerah timur laut Suriah. Dengan demikian, tidak akan ada surplus untuk memasok ke daerah-daerah yang dikuasai pemerintah Suriah.

Sebagian kecil dari daerah tadah hujan telah dipanen, dan tanaman sebagian besar tergantung pada lahan irigasi. Panen tahun ini di timur laut Suriah lebih baik dari tahun lalu, karena lebih banyak izin yang dikeluarkan untuk pengeboran sumur. FAO mengatakan, petani di daerah tadah hujan Suriah telah kehilangan sebagian besar panen mereka untuk tahun kedua berturut-turut.

Seorang petani, Mohamed Ahmed, mengatakan, dia telah menderita kerugian besar karena kekeringan. Dia menggambarkan lahannya kini menjadi beban bukan aset.

"Selama dua tahun berturut-turut kami merugi. Kami berikan (lahan kami) kepada para penggembala untuk menggembalakan ternak mereka,” kata Ahmed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement